This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Senin, 23 Oktober 2017

Pemain Amatir Mencoba Keberuntungan

Pemain Amatir Mencoba Keberuntungan

Politik tidak jauh berbeda dengan bermain catur. Dalam permainan catur dikenal dengan tiga (3) tahapan permainan. Pertama, pembukaan (opening), tahap dimana permainan baru dimulai. Biasanya, kedua pemain akan mengembangkan buahnya, mencoba untuk mengontrol bagian tengah, dan tentunya melindungi raja dengan cara rokade. Pembukaan sangat menentukan pada permainan tengah dan akhir, karena pembukaan yang baik akan memberikan kemudahan untuk meraih kemenangan.

Dalam konteks politik, pembukaan ini bisa dimaknai sebagai upaya-upaya publikasi, baik melalui media elektronik, media cetak, baleho, kegiatan sosial atau lainnya. Baleho dengan jargon yang beraneka ragam merupakan bagian dari langkah awal untuk menyusun strategi. Strukturisasi tim dan pengembangan langkah yang memungkinkan mempermudah terhadap pengembangan langkah selanjutnya. Termasuk akun-akun baru yang bermunculan atas nama kontestan.

Berikutnya, Tahap Pertengahan (Middlegame), adalah tahap yang biasanya dimulai setelah kedua pemain mengembangkan buahnya dan mengamankan rajanya. Dalam tahap ini, kedua pemain saling menyerang bidak-bidak lawannya, dan juga mempertahankan bidak-bidak sendiri. Tahap ini yang mungkin disampaikan oleh seorang Filsuf politik Italia, Niccolo Machiavelli yang termasyhur karena nasihatnya yang blak-blakan bahwa seorang penguasa yang ingin tetap berkuasa dan memperkuat kekuasaannya haruslah menggunakan tipu muslihat, licik dan dusta, digabung dengan kekejaman dan penggunaan kekuatan. Dengan bahasa lain, bertahan dan menyerang lawan-lawannya.

Bagi pemain pemula yang tidak cukup berpengalaman, biasanya dalam tahap opening saja sudah kewalahan. Tidak sampai pada tahap pertengahan, karena dalam tahap ini lawan tidak segan-segan untuk melakukan penyerangan habis-habisan. Pun dalam politik, bagi orang yang ujug-ujug berkecimpung dalam perpolitikan tanpa modal pengalaman yang cukup kemudian ia berkompetisi dengan yang sudah pengalaman, kebanyakan menyerah sebelum berperang. Taruhlah, kontestan pada Pilkada Pamekasan yang sudah mulai meredup dan jatuh satu-persatu.

Terakhir adalah tahan endgame di mana tahap ini dimulai saat bidak-bidak mulai tersisa sedikit. Di tahap ini kedua pemain berusaha menskakmat lawan dan juga bertahan untuk tidak diskakmat. Ketika kontestan dari awal sudah mulai saling menyerang dengan jumlah tenaga yang begitu besar. Pada tahap ini, tinggal mencoba memaksimalkan sisa-sisa tenaga yang masih ada. Bermain ritme dan keuletan agar tidak terbunuh. Dan yang terbaik akan keluar sebagai pemenang.

Dalam pada ini, penulis memang hanya bisa memberikan saran, bagi yang tidak cukup berpengalaman dalam dunia politik, sebaiknya belajar dulu. Sebab, kelas amatir yang tiba-tiba berusaha untuk melawan yang profesional hanya akan menjadi bahan tertawaan dan candaan di warung-warung. Mengaca pada permainan catur ini, yang jam terbangnya kurang hanya akan dijadikan bulan-bulanan.

Segala sesuatu ada kelasnya, termasuk politisi. Bagi yang suka dengan dunia politik jangan sungkan belajar, dan jangan berharap menjadi pintar tanpa belajar. Saya melihat pendatang baru itu sama dengan orang belajar merokok, berusaha seperti perokok ulung dengan gayanya, padahal tetap saja kelihatan kaku. Bagi yang betul-betul perokok, cara memegangnya saja sudah ketahuan kalau memang perokok ulung. Merokoklah dulu yang banyak, nanti juga akan ahli sendiri, apalagi setiap merokok ada kopinya, tentu akan semakin nikmat.

Wallahu a'lam!

Sampang, 23 Oktober 2017

Rabu, 18 Oktober 2017

Hari Santri Nasional Sebagai Kilas Balik Perjuangan

Hari Santri Nasional Sebagai Kilas Balik Perjuangan

Hari Santri Nasional merupakan salah satu cara bagaimana pemerintah menghargai perjuangan para ulama dan santri. Peran dan perjuangan para ulama, khususnya di lingkungan pesantren dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia tidak bisa diabaikan apalagi dihapuskan, meski penulisan sejarah resmi sangat minim mengungkap peran tersebut, bahkan cenderung menghapuskannya. Sebelum pecah perang Revolusi yang berpuncak pada peristiwa 10 Nopember 1945, Rais Akbar Nahdlatul Ulama (NU)—yang notabene orang pesantren—Hadlratu as-Syaikh KH. Hasyim Asy’ari mengeluarkan Fatwa Jihad. Itulah Resolusi Jihad yang dikeluarkan pada 22 Oktober 1945.

Dalam hal revolusi jihad, para ulama dan kaum santri berada di balik peristiwa besar yang mengawali perang di Surabaya itu, dan menjadi pertimbangan bagi Bung Tomo untuk meneriakkan “Allahu! Akbar!” berulang-ulang. Peperangan yang tidak bisa dihindari itupun mampu memukul tentara Inggris dan sekutunya.

Hal itu yang mendasari kewajaran pemerintah memberikan penghargaan bagi kaum santri, meski dalam perjalanannya dipenuhi pro dan kontra. Adanya pro dan kontra terhadap penghargaan tersebut dinilai sesuatu yang biasa. Mengingat, setiap orang mempunyai sudut pandang dan kepentingan serta cara menghargai dan mengapresiasi setiap perjuangan. Termasuk pemerintah. Pemerintah mempunyai kebijakan tersendiri untuk memberikan penghargaan terhadap siapapun, termasuk masyarakat atau golongan yang dianggap mempuyai kontribusi besar terhadap perjuangan dan berlangsungnya Negara sampai saat ini.

Tentu, pertimbangan-pertimbangan yang digunakan pemerintah sudah lebih matang dari sebatas wacana sebagian orang yang cenderung hanya berdiri di atas kepentingan sendiri atau golongan tertentu, karena pemerintah tidak sembarangan menentukan kebijakan tanpa tinjauan multi aspek yang komprehensif dari pihak-pihak yang kompeten seperti team-team ahli yang ada di sekitarnya.

Dalam perspektif penulis beberapa kalangan yang "berkeberatan" terhadap gagasan ini perlu dipertanyakan ke mana arah berfikirnya. Mengingat, selain perjuangan, sejarah juga mencatat, pesantren merupakan sumber pengetahuan pertama sebelum adanya pendidikan formal di negeri ini. Tidak hanya itu, selama ini pesantren identik sekali dengan golongan pertama dalam menyikapi persoalan-persoalan keagamaan, dan selalu berada di garda paling depan untuk membentengi akhlak dan moral bagi bangsa. Sehingga tidak berlebihan dan sangat wajar bila pemerintah memberikan penghargaan dengan meresmikannya tanggal 22 Oktober sebagai “Hari Santri Nasional”.

Menurut hemat penulis, hal ini harus dimaknai sebagai langkah awal pemerintah untuk memperkuat moral bangsa yang sudah mulai terkikis oleh keadaan. Dengan adanya Hari Santri Nasional akan membuka mata peran serta pesantren dalam perjuangan dan membangun kesandaran nyantri bagi masayarakat, selebihnya menghindari adanya antipati masyarakat terhadap pesantren.

Memperkuat peran pesantren dalam pusaran kebijakan nasional akan memperkecil angka-angka penyimpangan. Selama ini kenyataan membuktikan bahwa kaum pesantren sangat kecil dalam ruang publik terindikasi melakukan praktik-praktik yang melanggar peratuaran, baik agama ataupun perundang-undangan. Meskipun akhirnya persoalan moral itu kembali kepada pribadi masing-masing. Terakhir, Hari Santri Nasional itu sebagai harapan semoga pesantren dan santri mampu mempertahankan nilai-nilai pejuangan yang tertanam dalam institusi kepesantrenan dan mengembangkan kemampuan berkompetisi dalam bidang pengetahuan dan teknologi, serta bidang lainnya di kemuadian hari.

Salam hormat!

Ditulis:
Pamekasan, 19 Oktober 2015