This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Kamis, 19 April 2012

Masih di Gua Lebar

Aku ingin kisah ini mengalir sampai di permukaan laut
agar tak hanya air mataku yang tumpah

Untuk kekasihmu tak pantas tawar menawar
sebab ia telah mengenangmu sepanjang malam
ia juga mengenangmu ditempat dudukmu

Dengan leher yang melemas dipangku pilar
perut menggeliat
pesan soto dengan segelas es jeruk
usai bercakap-cakap
kuambil sebatang rokok
kemudia menatap kembali langit tua

Perjalanan Menuju Kisah

Jangan kau lipat matamu
Ada lubang berbaring di depanmu
Sekali terjebak luka sekujur tubuhmu

Seberapa jauh engkau memburu kisahmu
Ia akan semakin jauh saja

ini adalah perihal catatan kecil
Yang kerap diagungkan mimpi-mimpi sebelum senja

Mengais kembali kisah yang berserakan di batu besar
Sejenak mari berkiblat pada kenyataan
Sekalipun pahit tetap ia ungkapkan
Tak pernah menyimpan semu sekalipun dalam kegelapan

Gua Lebar Bersenandung

Sangat deras menyerap ubunku
hamparan batu dengan guanya yang lebar
angin sepoi bercampur sesekali gemericik burung

semuanya lengkap seperti pertama kali aku bertandang
hanya satu yang hilang dari sekian banyak yang utuh
kau sudah menjelma batu

Dari atas kepala bukit ini aku menatap
genting-genting rumah yang tua, hitam, coklat, merah, dan kuba yang hijau

Aku melihat semut berpapasan
dan berbagi roti sisa para pengunjung
aku iri dibuatnya, kebersamaan yang masih belum luntur itu
mengajakku mengenangmu

Halamanku

Menatap daun pisang yang menggulung dan pinggirnya yang mengering
Ayam betina hitam berjalan di belakang dapur tetangga
Anak tetangga lewat depan rumah membawa gula pasir kurang-lebih satu kilo
Capung yang terbang disepanjang halamanku dan melanjutkan ke halaman tetanggaku

Tempatnya jangkrik bergantung dibawah sangkar burung dan beberapa jangkrik menjalar
Bayangan layang-layang yang mondar-mandir ke selatan dan ke utara
Langit-langit dapur yang masih dibawah dan baru saja dipaku
Langit biru dan awan yang terbang dibawahnya sedang pindah tempat ke barat

Bunga sepatu dan bunga yang saya lupa namanya yang batangnya banyak durinya
Tetapi bukan bunga mawar karena kalau mawar saya tahu
Kayu diatas grobak kecil sepertinya baru selesai diangkut dan belum diturunkan
Lafaz Allahu-Muhammad yang diletakkan di depan mushalla terbuat dari kayu

Tetanggaku lewat pakai kaos merah aku biasa memangilnya nyah ayeh
Tidak usah ditulis kalau hanya orang lewat bersepeda barat rumahku karena banyak
Ujung bambu yang sesekali menyapa atap musholla tapi tidak sampai
Dua anak kecil di teras tetangga bermain ular tangga seakan tak punya masalah

Aku yang duduk di kursi menghadap selatan dengan hendset di telinga
Dan banyak lagi yang lainnya...

Senin, 02 April 2012

Kau bukan dirimu

mari kita saling menyapa diri masing-masing
karena sepertinya kau sudah lama menjelma lain
dan tak kenal dirimu sendiri
apakah karena kau sudah kaya
dengan teman atau benda-benda baru di sekitarmu

jangan berkaca pada cermin yang retak
karena justru tak membuatmu sempurna
duniamu yang baru hanya akan menjadi bagian
dari peristiwa baik atau malah buruk di sisimu

dekatkan dirimu kembali pada dirimu sebelum senja
kalau sudah gelap jalan pulang mulai samar
jangan menjebak dirimu diantara kerumunan
yang tak memberimu kata jawab

aku sampaikan ini karena aku rindu dirimu
yang dulu bukan yang sekarang

Minggu, 01 April 2012

Kaum Muda dan andil Pelestarian Budaya

Suara Negeriku

Wajah bermakna penuh duka
demi sejengkal asa tersimpan
mengalir darah tiada henti
dongeng imitasi membanjiri sudut pertiwi
bersembunyi dibalik potret keagungan nama

Bangkitlah
betah di telapak kaki para penipu
bukan jawaban

Menangislah
jika hanya mampu berharap kedamaian
tanpa perjuangan
kandang manusia gendut bukan istana
tapi air mata dari kantong suara

Inilah dunia
tempat menggali sejuta makna
mengukir asa mengutuk keindahan
terjebak pada lubang
yang penuh kerikil tajam itu biasa
karena rahang zaman
tak pernah letih mengunyah durja
menyisakan rasa pahit
yang tak pernah habis dimakan tua

Biarkan darah menyeberang lautan
demi mimpi yang sudah mulai usang
cukuplah aku berada di bawah kaki suaraku

Untukmu Neng

Neng, ada bait puisi untukmu malam ini
dengan disaksikan tas berwarna hitam
dan beberapa lembar kain yang bergelatungan
lampu pijar di atas wajahku
koran bekas, tumpukan kertas, dan lainnya

Neng, sebentar dulu ditunggu masih aku gali
karena tempatnya tidak sedangkal laut
sengaja disimpan rapat
agar angin barat tak membawanya
lantaran catatan ini begitu penting

Neng, ingatkah kau
dengan catatan hari yang nyata
kemudian buram
akhirnya hilang dan entah berikutnya
semoga harapan itu tidak termakan usia yang menua

Neng, ingin sekali aku mengeja malam
buka bersama ditrotoar jalan
menatap seberang laut yang jauh
mengukur panjang aspal
lewat tepian garam denganmu
tapi, malam; trotoar; laut; aspal; garam
sudah tak ada lagi untukmu

Perempatan

di atas perempatan itu
aku menggigil menatap langit
yang tak pernah kadaluarsa mengirim angin
sesekali mendera rasa jera
menghantam belahan otak bagian kanan

Suara sumbang
tak hentinya tawarkan popularitas
dengan busung dada warisan bapakmu
tak jua kau buang

Ah, disinilah tempat berbisik pada angin
tentang perihal masalah dan menjadikannya badai

Nur

Nur, inilah mercusuar
tempat memantau hatimu dari jauh
yang kadang gelap tanpa pelita

dengan teropong berskala yang tak bisa dijelaskan
aku melihat titik hitam di hatimu
yang tak bisa kupastikan itu aku

Nur, siapa sebenarnya serdadu
yang menjajah hatimu
dan meninggalkan bekas luka itu
biar aku tikam
dengan ujung clurit tepat dimulutnya

Nur,...

Selasa, 27 Maret 2012

Untukmu kekasihku II

Kekasihku, mari kita saling bertatap
dan saling membaca bola mata
untuk memastikan engkau dan aku
masih ada cinta

Setelah itu baru kita mengurai masa
kita putar kembali sejarah kita
disaat orang-orang iri dengan lelucon kita
disaat melintasi malam aspal berlubang
disaat kemerdekaan di batasi detik jam
sungguh keindahan yang begitu nyata
yang kini tak lagi ada




Pro-Kontra Kebijakan Pemerintah

Minggu, 18 Maret 2012

Tentang Rumah Tua

Tentang Rumah Tua

Tak mungkin mencerca rumah tua yang sudah mulai lapuk itu
sebab disana adalah persinggahan dan memulai semua
mengenyam pahit dan asin kehidupan di atas surau itu
mengikis habis cengeng yang mengembara pada tiap langkah waktu

Dengan lampu minyak tanah bernama teng
mengeja perkara esok pagi dengan parau suara dan gerak jemari
segelas angan menepi agar kau yang anak dan yang ibu bisa kenyang
gambar kakbah yang dilukis dari cat kapur pada dinding itu saksinya

Menjadi wajib air mata ini menjadi tumpah sebagai bentuk penghormatan
karena pada ketika mengingat rumah tua itu penghuninya tak lagi ada
rumah tua itu telah mampu memberikan ruang meniti waktu
memberikan halaman demi halaman untuk dipelajari dengan seksama

Rumah tua itu memberikan banyak pelajaran
Tentang bagaimana mengasah clurit
Tentang bagaimana memandikan sapi
Tentang bagaimana mencari kayu
Tentang bagaimana menyapa orang
Tentang bagaimana menanak nasi
Tentang bagaimana mandi sendiri
Tentang bagaimana semua hal yang hari ini aku tekuni

Rumah tua
kau menjadi hebat bukan karena kau 

tapi, karena dua orang tua itu sebagai penghuni
yang setiap aku mengunjungimu dia selalu menyapaku dengan jemarinya
kini mereka telah tinggal di tempat yang lain


Terima kasih ibu ibuku dan bapak ibuku 

aku mencintai kalian 
atas sejarah yang begitu indah kau tancapkan di kepalaku

Bunda edisi ke-satu dan dua

Bunda edisi ke-satu
 
Bunda, pasti tanganmu kasar
sebab aku melihatmu memegang cangkul di belakang rumah
sesekali engkau menundukkan kepala dan mengangkatnya
seperti mencabuti rumput di sekitar pohon ketela itu

Bunda, aku tahu engkau tak hendak berteduh
hingga akhirnya hujan mengguyurmu
dan gigilmu mengoyak keperkasaanku
maafkan aku bunda hanya bisa memandangmu dari jauh
 
 
Bunda edisi ke-dua

Bunda, berilah kesempatan aku untuk mencuci kakimu yang kasar
sebab setiap jalan yang kau lalui hanya untuk menyuapiku
anakmu yang hanya menadah dari tangan keriputmu semakin tak tahu malu
agar tak penuh dengan propaganda hati izinkan aku memulai dari ujung jemarimu

Bunda, kau boleh tidak tercatat oleh sejarah
atas perihal yang kau lalui dalam hidupmu
tapi, aku anakmu yang akan mengabadikannya dengan tinta mas
kemudian aku silapkan dihati paling dalam
agar sekalipun musim berlabuh kau tetap disini.

Jumat, 16 Maret 2012

Jendela tua

Jendela tua

Dari arah yang sama aku berteriak
Masih saja dengan telanjang kaki
Kemudian akupun merapat
pada tiang telpon tua berwarna coklat

Kau seperti hilang akal
suaraku tak kau tangkap
meski nyaris hilang di tenggorokan

Padahal aku hanya ingin mengingatkanmu
tentang jendela tua tempat kita menatap langit
tentang gemuruh tawa yang tak tau waktu
tentang sesak nafasmu yang memprihatinkan

Ingin sekali aku mengajakmu
ke tempat dimana kita pernah mengeja halaman

Percakapan dalam Mimpi

Percakapan dalam Mimpi

Dibuat risau oleh-mu
Pada saat matamu mendaki tubuhku
dan usai diujung rambut
Seakan kau menjarah wibawaku

Kau jejali beribu tanya di kepalaku
Kenapa engkau sedemikian tamak
hingga menelanjangiku begitu rupa
Sinismu semakin liar dan menyala-nyala

Daripada menahan wajah yang memerah
mari kita beradu argumen
mempertahankan nama masing-masing
sebelum akhirnya berjabat tangan

Kau mulai merangkai huruf perhuruf
kemudian kau lempar di mukaku
aku pula menyusun angka-angka
dan aku tabur di wajahmu

Rambutmu berjatuhan satu satu
begitu pula aku
akhirnya juri pun memberikan penilain
dan terbangunlah dengan nilai yang memuaskan

Kamis, 15 Maret 2012

Puisi-puisi (Peri Kecilku menjelma Batu)

Peri Kecilku menjelma Batu

Teriakan air mata yang menetas di celah derita
tidak mampu kau tangkap

Hanya malam dan kiblat
yang penuh dengan kisah-ku
Sebab, semua kisah yang kau lukis
hanya aku kabarkan pada-Nya

Bukankah kemerdekaan itu dilahirkan untuk siapa saja?
Tapi, kenapa engkau tak mampu menangkap isyarat
yang aku sampaikan dengan air mata

Satu kata saja di balik lemah kodrati
aku pasrah kepada tuhan
aku harus menutup semua kisahku
dan menjelma batu



Bukan untuk Siapa-siapa

Aku disini bukan untuk siapa
berada di antara malam dan sunyi
menggapai wajahmu
namun tak kujumpai engkau di sini

Aku masih disini
berada di antara degub jantung dan detak jam
wajahmu sesekali datang dan pergi
aku pun terbairng menikmati senyummu

Menurutku kau adalah bidadari
yang lahir di dunia dengan kitab dan lidi

Atau kau adalah
puteri yang lahir dari batu permata
dan dibesarkan dengan mutiara

Bahkan aku sempat berbisik pada dunia
Tentang matamu...
Tentang langkahmu...
tent ang senyummu...
Tentang semuanya...
Sebab semua harus tahu tentang anggunmu

Aku juga tuturkan pada dunia
andai engkau merasakkan sama seperti aku
manakala cinta menjadi nafasmu
kau akan keringkan bumimu
lantaran banyak air mata yang kau tumpah

Terakhir,
Meski aku bukan milikmu
Tapi, kau milik hatiku
bukan hanya saat ini
sampai kapan pun


Kenapa Harus Cinta

Ketika berpapasan dengan senyum merekah
yang hanyut dalam percakapan
yang tak resmi

Siapa sangka
percakapan itu membingkai rasa
menyelinap di relung hati

Siapa sangka
percakapan itu mengantar asa
melambung tinggi di langit biru pagi hari

Dalam percakapan itu pula
aku sempat mengajakmu terbang
menembus cakrawala malam
bersama kerlip bintang dan singgah di bulan

Apakah itu cinta?
yang tidak bisa diwakili
hanya dengan sebuah kata 



Perempuan Bayangan

Ada gambar duka di wajahmu
yang kau selipkan diantara senyummu

Tapi sudahlah
selama engkau menjadi bidadari
yang tercipta dari peri kecilku
aku selalu di sisimu

Aku yang kerap mengintip
terlahir untuk membelamu
menciptakan kekuatan di jiwamu

Jika engkau tahu
engkau sudah menjadi bagian dari-ku



Dari Istana Kali

Bukan siapa-siapa
yang aku ceritakan sebelum fajar tiba

Tapi bidadari
yang sering menyapa gemericik air
sebelum senja

Aku memang jauh dari sana
ketika renyah tawamu terlempar ke awan
dan rona wajahmu membias belukar

Tapi aroma surga
memberi pekabar tentang indahnya

Ini adalah dongeng dari sebrang
yang sempat terlukis dalam bayangan sepi
dan terangkum dari sejuta mimpi

Benci Setengah Mati

Benci Setengah Mati


Di sela kecerobohanmu
kau sempat lempar senyum di mukaku
semakin muak saja dibuatmu
hati pun semakin kaku

Seluruh darah menggerayangi tubuhku
kau nampak sangat kecil di mataku
ingin kutarik-tarik tubuhmu hingga berkeping
dan kucakar-cakar hingga

"Untung aku masih ingat"
disarikan dari petuah orang dulu
yang membuat hati menjadi lebih tenang

"Jangan kau ulangi lagi"
itu bahasaku
sebelum akhirnya amarah itu reda
ampunkanlah aku.

Naskah Teater

Rabu, 14 Maret 2012

Catatan Kita

Catatan Kita


Kenanglah perpisahan ini
sebagai catatan tuhan yang diberlakukan pada kita
sekalipun dadamu dadaku adalah dada yang sesak akibat peristiwa ini
jangan ada saling mengutuk

Jauh dari katerbatasan akal
tuhan menyiapkan alasan buat kita
untuk hidup dengan masa depan masing-masing
sakit itu pasti
tapi waktu akan mengenyamnya dengan perlahan


Bergegaslah menuju asa yang baru
berkemaslah di depan ada peristiwa baru
yang mungkin lebih manis atau pahit

Belajar menerima kenyataan
dengan dada yang begitu lapang
indah itu selalu

Bait Cinta untuk Bunda

Bait Cinta untuk Bunda


Bunda, aku sebagai anakmu tahu
Di balik sumringah senyummu
Menyimpan gejolak tak berkesudahan
Mulai dari sesuatu yang rapi
Sampai sesuatu yang masak

Bunda, keriput kulitmu
Pertanda bahwa kau tak lagi muda
Kecanggihan teknologi pun tak mampu
Menyelinap ke ruang waktu
Menemukan angka perjuanganmu

Bunda, andai keringatmu masih ada
Aku putuskan untuk menyimpan
Dalam perjalanan hidupku
Karena di setiap tetes adalah do'a

Yang mengalir dari ubunmu

Senin, 12 Maret 2012

Untukmu kekasihku

Untukmu Kekasihku

Aku menyampaikan isyarat
lewat matahari yang terik 
sebelum langit mengguyurnya dengan hujan
dan menjadikannya gelap

Berita itu hanya untukmu
yang kata orang adalah kekasih
tapi bagiku
kau adalah diriku dibagian yang lain

Kau sampaikan sakit padaku
seketika itu pula aku pun menjadi sama
karena deritamu tak jauh beda denganku

Ah kau betina bersinarlah kembali
karena cahayamu adalah kehidupanku
kehidupan yang diagungkan
sebelum terik menjadi layu

Untuk kekasihku II

Kekasihku, mari kita saling bertatap
dan saling membaca bola mata
untuk memastikan engkau dan aku
masih ada cinta

Setelah itu baru kita mengurai masa
kita putar kembali sejarah kita
disaat orang-orang iri dengan lelucon kita
disaat melintasi malam aspal berlubang
disaat kemerdekaan di batasi detik jam
sungguh keindahan yang begitu nyata
yang kini tak lagi ada

Jumat, 09 Maret 2012

Adalah kau

Adalah kau

oleh Muza Binhad Almankoni pada 25 Februari 2012 pukul 11:22 ·
Sebentar saja aku melihatmu
kau mampu menghilangkan sesak di dada
Bagiku kau adalah majas atau metafor
yang mewakili keindahan kata disepanjang musim
kau selalu hidup tak kenal musim

pada saat hati bergetah
mungkin kau telah larut dengan mimpimu
tapi layaknya laki-laki lain aku tak perlu menangis
meski mata mulai berkaca

bahkan aku tak mampu bertutur pada malam pun
ketika kegelisahan itu terus memuncak
pikiran dijejali dengan dongeng-dongeng lama

Entahlah
setiap kali jejak-jejakmu saya hapus
dalam kenangan tempo dulu
baumu semakin menyeruak bak wangi kasturi
bahkan wajahmu adalah air dalam gelas kaca semakin jelas terasa

aku semakin tak tau malu
mengingatmu selalu disepanjang waktu
Sementara kau tenngelam dalam lamunan panjang yang tak bertepian

Untukmu Anakku

Untukmu Anakku

oleh Muza Binhad Almankoni pada 25 Februari 2012 pukul 10:44 ·
sebelum kau menjadi tua
barangkali pesan ini akan lebih mudah kau serap
telingaku penuh dengan keluh kesah perihal masa depanmu
seakan sebentar lagi kau akan menjadi obyek percobaan zaman

suara sumbang bergerilya dan menggelitik
bahwa bungaku akan layu sebelum tua
menjadi inisitif celana dalam baja untukmu
dengan remot kontrol jarak jauh

tapi jangan kawatir anakku
gembok yang dibawa jibril dari langit lebih kuat
tinggal kutanam di otakmu sebelum darahmu menjadi hitam
darahmu akan tetap segar

anakku saatnya kau kembali ke surau
menata kembali kitab-kitab klasik yang berserakan itu
sebelum matahatimu tertutup debu jalanan
yang menjadikanmu buta

anakku hanya itu bekalku
untukmu hari ini dan selamanya

Salam dari trotoar

Salam dari trotoar

oleh Muza Binhad Almankoni pada 25 Februari 2012 pukul 11:33 ·
Salam dari trotoar
ada yang meringkuk kesakitan
ada yang meringkuk kelaparan
ada yang meringkuk kedinginan
ada yang meringkuk kepanasan

aku adalah trotoar jalan menyampaikan
tentang perempuan jalang yang menjual cincin bukan untuk tangan
tentang gelandangan yang mebersihkan tong sampah dari nasi-nasi buangan
tentang perampok yang lari tunggang langgang

aku adalah trotoar jalan
masih banyak yang belum aku ceritakan

aku adalah trotoar jalan
menyampaikan dengan diam