This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Selasa, 27 Maret 2012

Untukmu kekasihku II

Kekasihku, mari kita saling bertatap
dan saling membaca bola mata
untuk memastikan engkau dan aku
masih ada cinta

Setelah itu baru kita mengurai masa
kita putar kembali sejarah kita
disaat orang-orang iri dengan lelucon kita
disaat melintasi malam aspal berlubang
disaat kemerdekaan di batasi detik jam
sungguh keindahan yang begitu nyata
yang kini tak lagi ada




Pro-Kontra Kebijakan Pemerintah

Minggu, 18 Maret 2012

Tentang Rumah Tua

Tentang Rumah Tua

Tak mungkin mencerca rumah tua yang sudah mulai lapuk itu
sebab disana adalah persinggahan dan memulai semua
mengenyam pahit dan asin kehidupan di atas surau itu
mengikis habis cengeng yang mengembara pada tiap langkah waktu

Dengan lampu minyak tanah bernama teng
mengeja perkara esok pagi dengan parau suara dan gerak jemari
segelas angan menepi agar kau yang anak dan yang ibu bisa kenyang
gambar kakbah yang dilukis dari cat kapur pada dinding itu saksinya

Menjadi wajib air mata ini menjadi tumpah sebagai bentuk penghormatan
karena pada ketika mengingat rumah tua itu penghuninya tak lagi ada
rumah tua itu telah mampu memberikan ruang meniti waktu
memberikan halaman demi halaman untuk dipelajari dengan seksama

Rumah tua itu memberikan banyak pelajaran
Tentang bagaimana mengasah clurit
Tentang bagaimana memandikan sapi
Tentang bagaimana mencari kayu
Tentang bagaimana menyapa orang
Tentang bagaimana menanak nasi
Tentang bagaimana mandi sendiri
Tentang bagaimana semua hal yang hari ini aku tekuni

Rumah tua
kau menjadi hebat bukan karena kau 

tapi, karena dua orang tua itu sebagai penghuni
yang setiap aku mengunjungimu dia selalu menyapaku dengan jemarinya
kini mereka telah tinggal di tempat yang lain


Terima kasih ibu ibuku dan bapak ibuku 

aku mencintai kalian 
atas sejarah yang begitu indah kau tancapkan di kepalaku

Bunda edisi ke-satu dan dua

Bunda edisi ke-satu
 
Bunda, pasti tanganmu kasar
sebab aku melihatmu memegang cangkul di belakang rumah
sesekali engkau menundukkan kepala dan mengangkatnya
seperti mencabuti rumput di sekitar pohon ketela itu

Bunda, aku tahu engkau tak hendak berteduh
hingga akhirnya hujan mengguyurmu
dan gigilmu mengoyak keperkasaanku
maafkan aku bunda hanya bisa memandangmu dari jauh
 
 
Bunda edisi ke-dua

Bunda, berilah kesempatan aku untuk mencuci kakimu yang kasar
sebab setiap jalan yang kau lalui hanya untuk menyuapiku
anakmu yang hanya menadah dari tangan keriputmu semakin tak tahu malu
agar tak penuh dengan propaganda hati izinkan aku memulai dari ujung jemarimu

Bunda, kau boleh tidak tercatat oleh sejarah
atas perihal yang kau lalui dalam hidupmu
tapi, aku anakmu yang akan mengabadikannya dengan tinta mas
kemudian aku silapkan dihati paling dalam
agar sekalipun musim berlabuh kau tetap disini.

Jumat, 16 Maret 2012

Jendela tua

Jendela tua

Dari arah yang sama aku berteriak
Masih saja dengan telanjang kaki
Kemudian akupun merapat
pada tiang telpon tua berwarna coklat

Kau seperti hilang akal
suaraku tak kau tangkap
meski nyaris hilang di tenggorokan

Padahal aku hanya ingin mengingatkanmu
tentang jendela tua tempat kita menatap langit
tentang gemuruh tawa yang tak tau waktu
tentang sesak nafasmu yang memprihatinkan

Ingin sekali aku mengajakmu
ke tempat dimana kita pernah mengeja halaman

Percakapan dalam Mimpi

Percakapan dalam Mimpi

Dibuat risau oleh-mu
Pada saat matamu mendaki tubuhku
dan usai diujung rambut
Seakan kau menjarah wibawaku

Kau jejali beribu tanya di kepalaku
Kenapa engkau sedemikian tamak
hingga menelanjangiku begitu rupa
Sinismu semakin liar dan menyala-nyala

Daripada menahan wajah yang memerah
mari kita beradu argumen
mempertahankan nama masing-masing
sebelum akhirnya berjabat tangan

Kau mulai merangkai huruf perhuruf
kemudian kau lempar di mukaku
aku pula menyusun angka-angka
dan aku tabur di wajahmu

Rambutmu berjatuhan satu satu
begitu pula aku
akhirnya juri pun memberikan penilain
dan terbangunlah dengan nilai yang memuaskan

Kamis, 15 Maret 2012

Puisi-puisi (Peri Kecilku menjelma Batu)

Peri Kecilku menjelma Batu

Teriakan air mata yang menetas di celah derita
tidak mampu kau tangkap

Hanya malam dan kiblat
yang penuh dengan kisah-ku
Sebab, semua kisah yang kau lukis
hanya aku kabarkan pada-Nya

Bukankah kemerdekaan itu dilahirkan untuk siapa saja?
Tapi, kenapa engkau tak mampu menangkap isyarat
yang aku sampaikan dengan air mata

Satu kata saja di balik lemah kodrati
aku pasrah kepada tuhan
aku harus menutup semua kisahku
dan menjelma batu



Bukan untuk Siapa-siapa

Aku disini bukan untuk siapa
berada di antara malam dan sunyi
menggapai wajahmu
namun tak kujumpai engkau di sini

Aku masih disini
berada di antara degub jantung dan detak jam
wajahmu sesekali datang dan pergi
aku pun terbairng menikmati senyummu

Menurutku kau adalah bidadari
yang lahir di dunia dengan kitab dan lidi

Atau kau adalah
puteri yang lahir dari batu permata
dan dibesarkan dengan mutiara

Bahkan aku sempat berbisik pada dunia
Tentang matamu...
Tentang langkahmu...
tent ang senyummu...
Tentang semuanya...
Sebab semua harus tahu tentang anggunmu

Aku juga tuturkan pada dunia
andai engkau merasakkan sama seperti aku
manakala cinta menjadi nafasmu
kau akan keringkan bumimu
lantaran banyak air mata yang kau tumpah

Terakhir,
Meski aku bukan milikmu
Tapi, kau milik hatiku
bukan hanya saat ini
sampai kapan pun


Kenapa Harus Cinta

Ketika berpapasan dengan senyum merekah
yang hanyut dalam percakapan
yang tak resmi

Siapa sangka
percakapan itu membingkai rasa
menyelinap di relung hati

Siapa sangka
percakapan itu mengantar asa
melambung tinggi di langit biru pagi hari

Dalam percakapan itu pula
aku sempat mengajakmu terbang
menembus cakrawala malam
bersama kerlip bintang dan singgah di bulan

Apakah itu cinta?
yang tidak bisa diwakili
hanya dengan sebuah kata 



Perempuan Bayangan

Ada gambar duka di wajahmu
yang kau selipkan diantara senyummu

Tapi sudahlah
selama engkau menjadi bidadari
yang tercipta dari peri kecilku
aku selalu di sisimu

Aku yang kerap mengintip
terlahir untuk membelamu
menciptakan kekuatan di jiwamu

Jika engkau tahu
engkau sudah menjadi bagian dari-ku



Dari Istana Kali

Bukan siapa-siapa
yang aku ceritakan sebelum fajar tiba

Tapi bidadari
yang sering menyapa gemericik air
sebelum senja

Aku memang jauh dari sana
ketika renyah tawamu terlempar ke awan
dan rona wajahmu membias belukar

Tapi aroma surga
memberi pekabar tentang indahnya

Ini adalah dongeng dari sebrang
yang sempat terlukis dalam bayangan sepi
dan terangkum dari sejuta mimpi

Benci Setengah Mati

Benci Setengah Mati


Di sela kecerobohanmu
kau sempat lempar senyum di mukaku
semakin muak saja dibuatmu
hati pun semakin kaku

Seluruh darah menggerayangi tubuhku
kau nampak sangat kecil di mataku
ingin kutarik-tarik tubuhmu hingga berkeping
dan kucakar-cakar hingga

"Untung aku masih ingat"
disarikan dari petuah orang dulu
yang membuat hati menjadi lebih tenang

"Jangan kau ulangi lagi"
itu bahasaku
sebelum akhirnya amarah itu reda
ampunkanlah aku.

Naskah Teater

Rabu, 14 Maret 2012

Catatan Kita

Catatan Kita


Kenanglah perpisahan ini
sebagai catatan tuhan yang diberlakukan pada kita
sekalipun dadamu dadaku adalah dada yang sesak akibat peristiwa ini
jangan ada saling mengutuk

Jauh dari katerbatasan akal
tuhan menyiapkan alasan buat kita
untuk hidup dengan masa depan masing-masing
sakit itu pasti
tapi waktu akan mengenyamnya dengan perlahan


Bergegaslah menuju asa yang baru
berkemaslah di depan ada peristiwa baru
yang mungkin lebih manis atau pahit

Belajar menerima kenyataan
dengan dada yang begitu lapang
indah itu selalu

Bait Cinta untuk Bunda

Bait Cinta untuk Bunda


Bunda, aku sebagai anakmu tahu
Di balik sumringah senyummu
Menyimpan gejolak tak berkesudahan
Mulai dari sesuatu yang rapi
Sampai sesuatu yang masak

Bunda, keriput kulitmu
Pertanda bahwa kau tak lagi muda
Kecanggihan teknologi pun tak mampu
Menyelinap ke ruang waktu
Menemukan angka perjuanganmu

Bunda, andai keringatmu masih ada
Aku putuskan untuk menyimpan
Dalam perjalanan hidupku
Karena di setiap tetes adalah do'a

Yang mengalir dari ubunmu

Senin, 12 Maret 2012

Untukmu kekasihku

Untukmu Kekasihku

Aku menyampaikan isyarat
lewat matahari yang terik 
sebelum langit mengguyurnya dengan hujan
dan menjadikannya gelap

Berita itu hanya untukmu
yang kata orang adalah kekasih
tapi bagiku
kau adalah diriku dibagian yang lain

Kau sampaikan sakit padaku
seketika itu pula aku pun menjadi sama
karena deritamu tak jauh beda denganku

Ah kau betina bersinarlah kembali
karena cahayamu adalah kehidupanku
kehidupan yang diagungkan
sebelum terik menjadi layu

Untuk kekasihku II

Kekasihku, mari kita saling bertatap
dan saling membaca bola mata
untuk memastikan engkau dan aku
masih ada cinta

Setelah itu baru kita mengurai masa
kita putar kembali sejarah kita
disaat orang-orang iri dengan lelucon kita
disaat melintasi malam aspal berlubang
disaat kemerdekaan di batasi detik jam
sungguh keindahan yang begitu nyata
yang kini tak lagi ada

Jumat, 09 Maret 2012

Adalah kau

Adalah kau

oleh Muza Binhad Almankoni pada 25 Februari 2012 pukul 11:22 ·
Sebentar saja aku melihatmu
kau mampu menghilangkan sesak di dada
Bagiku kau adalah majas atau metafor
yang mewakili keindahan kata disepanjang musim
kau selalu hidup tak kenal musim

pada saat hati bergetah
mungkin kau telah larut dengan mimpimu
tapi layaknya laki-laki lain aku tak perlu menangis
meski mata mulai berkaca

bahkan aku tak mampu bertutur pada malam pun
ketika kegelisahan itu terus memuncak
pikiran dijejali dengan dongeng-dongeng lama

Entahlah
setiap kali jejak-jejakmu saya hapus
dalam kenangan tempo dulu
baumu semakin menyeruak bak wangi kasturi
bahkan wajahmu adalah air dalam gelas kaca semakin jelas terasa

aku semakin tak tau malu
mengingatmu selalu disepanjang waktu
Sementara kau tenngelam dalam lamunan panjang yang tak bertepian

Untukmu Anakku

Untukmu Anakku

oleh Muza Binhad Almankoni pada 25 Februari 2012 pukul 10:44 ·
sebelum kau menjadi tua
barangkali pesan ini akan lebih mudah kau serap
telingaku penuh dengan keluh kesah perihal masa depanmu
seakan sebentar lagi kau akan menjadi obyek percobaan zaman

suara sumbang bergerilya dan menggelitik
bahwa bungaku akan layu sebelum tua
menjadi inisitif celana dalam baja untukmu
dengan remot kontrol jarak jauh

tapi jangan kawatir anakku
gembok yang dibawa jibril dari langit lebih kuat
tinggal kutanam di otakmu sebelum darahmu menjadi hitam
darahmu akan tetap segar

anakku saatnya kau kembali ke surau
menata kembali kitab-kitab klasik yang berserakan itu
sebelum matahatimu tertutup debu jalanan
yang menjadikanmu buta

anakku hanya itu bekalku
untukmu hari ini dan selamanya

Salam dari trotoar

Salam dari trotoar

oleh Muza Binhad Almankoni pada 25 Februari 2012 pukul 11:33 ·
Salam dari trotoar
ada yang meringkuk kesakitan
ada yang meringkuk kelaparan
ada yang meringkuk kedinginan
ada yang meringkuk kepanasan

aku adalah trotoar jalan menyampaikan
tentang perempuan jalang yang menjual cincin bukan untuk tangan
tentang gelandangan yang mebersihkan tong sampah dari nasi-nasi buangan
tentang perampok yang lari tunggang langgang

aku adalah trotoar jalan
masih banyak yang belum aku ceritakan

aku adalah trotoar jalan
menyampaikan dengan diam