Minggu, 05 Agustus 2018

Ah, Ada-ada Saja Kiai ini

Ah, Ada-ada Saja Kiai ini

Beberapa hari yang lalu ada sebuah kegiatan. Kegiatan dimaksud adalah seminar aswaja yang dilaksanakan oleh manusia-manusia suci, yang mengatasnamakan diri mereka sebagai Forum Kiai Muda (FKM). Sebelum membahas banyak tentang isi seminar, saya lebih tertarik membicarakan tentang forumnya. Sebab, forum ini melegitimasi diri sebagai sebuah kelompok, komunitas, golongan, perkumpulan atau apa pun namanya, yang di dalamnya terdiri dari para kiai.

Siapa Kiai itu? Dalam kamus besar bahasa Indonesia disebutkan bahwa, Kiai adalah sebutan bagi para alim ulama (cerdik pandai dalam agama Islam). Bukan bermaksud meragukan kealiman dan kepandaian orang-orang yang ada di dalam kelompok ini. Tapi bagaimana mungkin label yang biasa diberikan masyarakat, dan masyarakat yang biasa menyandingkan nama Kiai dengan manusia pilihan yang dianggap layak itu dengan maksud penghormatan atas ilmunya, mereka sanding sendiri. Tidak tanggung, tidak hanya satu dan dua orang saja ,tetapi segerombolan orang.

Pengakuan itu akan datang dengan sendiri pada saat kita sudah dianggap layak dalam ruang publik. Nama forum ini menindikasikan kebutuhan pengakuan tentang kepandaian dan kealiman. Tapi bagaimana mungkin manusia yang sungguh alim membutuhkan sebuah pengakuan. Rasanya tidak etis, manusia-manusia pilihan ini, melegitimasi dirinya sebagai orang yang alim.

Yang aneh lagi. Muncul istilah NU garis lurus. Artinya bahwa NU yang dianut oleh selain dirinya adalah NU garis miring. Apakah ini tidak akan melahirkan keretakan sosial. Jika ada sebagian manusia menganggap dirinya paling benar dan merasa sebagai pemilik kunci surga, ini perlu dipertanyakan keilmuannya. Penebar kebencian seperti ini justru tidak jauh beda dengan masa jahiliah dan ini cukup membahayakan.

Jangan-jangan kelompok ini masuk kategori yang disebut oleh, Prof. Dr. Abd. A'la, M.Ag., sebagai gerakan, jahiliyah kontemporer dan fundamentalisme. Seperti statement beliau bahwa, "Menguatnya kelompok fundamentalisme keagamaan yang sektarian dan fundamentalisme globalisasi ekstrem akhir-akhir ini memperlihatkan betapa nilai-nilai moral sosial--bahkan relegius--mengalami pemudaran cukup parah dalam kehidupan. Keangkuhan yang ditampakkan kedua kelompok itu meluaskan sikap saling menghormati antar sesama manusia. Keangkuhan pada gilirannya memunculkan kebrutalan dan pengrusakan di mana-mana. Kehidupan tentram dan damai nyaris tidak bersisa lagi, berganti dengan kehidupan penuh kecemasan dan ketakutan."

Artinya bahwa menculnya kelompok-kelompok baru dengan mengatasnamakan sebuah ideologi ini akan memecah belah kehidupan dalam bermasyarakat. Hal ini terjadi karena nilai-nilai kehidupan yang mereka anut bersifat tribal primordialistik. Berebut kebenaran tunggal yang belum jelas di mana. Semoga tidak sampai kena batu dari do'a Syaikhona Kholil, Bangkalan, dan atau do'a dari KH. R. As'ad Syamsul Arifin. Amin.

Pamekasan, 04 Agustus 2016

0 komentar:

Posting Komentar