Kamis, 04 Januari 2018

Banjir dan Kealpaan Manusia

Banjir dan Kealpaan Manusia

Rumah kita seperti lorong-lorong kecil, tempat di mana air melintas. Alternatif lintasan air yang meluber dari gorong-gorong yang menyempit adalah rumah kita. Iya, dirimu dan diriku. Inilah, akibat desain bagus di permukaan, di dalam penuh sampah dan kepalsuan. Penuh dengan "isi kepala" manusia yang tidak taat pada peraturan lingkungan hidup.

Hari ini bukan saatnya mengutuk keadaan, seperti apa pun gelapnya, tapi berusaha menyalakan lilin seberapa pun terangnya. Keberagaman pengetahuan ini harus dimaklumi dan dipandang sebagai keterbatasan. Tidak semua orang tahu tentang hukum kausalitas. Faktor alam memang menjadi penyebab terjadinya banjir, seperti adanya curah hujan berlebih dengan waktu yang sangat lama. Tetapi tidak berarti mengabaikan faktor lain dari kelalaian manusia.

Faktor-faktor partisipasi masyarakat dalam hal penyebab banjir tidak kalah banyak, meski tidak sampai harus dihitung dengan kalkulator. Cukup jari tangan saja. Penebangan pohon secara liar, yang mengakibatkan hilangnya salah satu fungsi penyerap air, yaitu akar pada pohon itu. Termasuk sampah yang dibuang sembarangan, menjadi penghambat iring-iringan air menuju hilir, sehingga air harus mencari jalan alternatif bebas hambatan. Kurang lebih seperti pengendara tak ber-SIM yang dihalau Polantas.

Kemudian, pembangunan yang dilakukan di bantaran sungai. Terus, kenapa? Masalah buat lho! Oh, tidak. Masalahnya buat kamu sendiri, bukan buat saya. Sungai semakin menyempit, karena sisi sungai yang harusnya menjadi lintasan air dimanfaatkan untuk bagian dari bangunan. Akhirnya air yang harusnya melintas, naik ke permukaan sungai dan jalan-jalan ke perkampungan masyarakat. Semacam rekreasi, begitulah! Melepas lelah setelah perjalanan berkilo-kilo dari hulu. Nah, lho, baru tahukan kalau air juga butuh rekreasi.

Musim libur telah usai bagi manusia, khususnya birokrasi, saatnya sekarang bekerja. Bekerja mengatasi banjir. BPBD mana BPBD? Sekali bekerja, yang banyak sekalian. Bukankah pekerjaannya menunggu bencana, sekaranglah saatnya bekerja. Tapi tenang saja pak, kami masyarakat siap membantu.

Ups, belum selesai sampai di sini ulah kita yang menyebabkan banjir. Drainase yang diubah tanpa memperhatikan amdal, terlebih di lingkungan perkotaan. Jangankan diperkotaan pak, yang nyaris semua halaman dipaving. Di pedesaan saja kalau drainase salah tempat, air tidak mau lewat. Kalau sudah tidak mau lewat jalan yang disediakan, repot kan.

Terakhir, salah sistem tata ruang. Penyebab banjir yang satu ini dapat mengakibatkan air sulit untuk menyerap serta alirannya lambat. Sementara air yang datang ke wilayah tersebut jumlahnya akan lebih banyak dari yang biasanya dialirkan sehingga dapat dengan cepat terjadi banjir. Serapan air diperkotaan yang sudah sangat kecil harus diimbangi dengan dengan tata ruang yang benar. Sekarang halaman rumah perkotaan sudah tidak bisa menyerap air, sudah serba beton. Penting juga seandainya halaman rumah diimbangi dengan pertamanan.

Turut berduka atas musibah (banjir) yang menimpa saudara-saudaraku di Pamekasan. Semoga Allah senantiasa memberikan rahmatNya pada kalian semua. Amin

Wallahu a'lam!

Sampang, 04 Januari 2017

0 komentar:

Posting Komentar