Selasa, 02 Januari 2018

LPM, dan Kepentingan Sosial

LPM, dan Kepentingan Sosial

Puluhan mahasiswi menghadiri dan mengikuti Pelantikan dan Diklat Jurnalistik Tingkat Dasar (DJTD) yang dilaksanakan oleh Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM), Lembaga Pers Mahasiswa (LPM), Sekolah Tinggi Miftahul Ulum Pamekasan. Tentu, hari ini kegiatan itu digelar, selasa tanggal 03 Desember 2017--bukan kemarin dan juga bukan besok. Tepatnya di daerah Pondok Pesantren Kebun Baru Palengaan Pamekasan, yang diasuh oleh KH. Misbahol Munir.

Kegiatan itu dimaksudkan untuk berkontribusi pemahaman tentang pentingnya memahami sejarah media (baca: pers) dengan kecenderungan menciptakan arah berpikir bagi masyarakat. Selektivitas terhadap pemberitaan yang semakin tidak terbatas, mutlak dibutuhkan. Sebab tidak semua media, apa adanya. Apa lagi, insan akademis. Tidak boleh sampai tergiring dan terdekti oleh sebuah kepentingan di balik pemberitaan. Percaya boleh saja, sebagai sebuah informasi, tetapi sampai memosisikan diri untuk menjadi bagian dari kepentingan pemberita, tunggu dulu. Itu sedikit ulasan yang sempat disampaikan.

Sebagai langkah antisipasi, kegiatan semacam ini harus senantiasa digalakkan. Sebab, saat ini kita sudah sangat sulit membedakan, mana media yang sudah resmi mendapatkan legitimasi secara konstitusi, atau media yang abal-abal. Banyaknya media yang muncul hari ini sangat mengurangi objektivitas pemberitaan. Dan bahkan, ini mengurangi kepercayaan masyarakat kepada media yang resmi.

Media abal-abal saat ini sudah banyak yang merusak dan merasuk pola pikir masyarakat. Jangankan masyarrakat awam, yang terdidik pun banyak yang tergiring. Media yang dibuat di atas unsur kepentingan ini sengaja didesain untuk mempengaruhi masyarakat untuk menciptakan pro dan kontra bagi masyarakat, yang berakhir adu domba.

Kepentingan besar di balik semua ini harus dimaknai sebagai sebuah ancaman yang sangat membahayakan bagi keutuhan sebuah bangsa. Bangsa yang damai seperti Indonesia seperti sangat mudah dihancurkan oleh berita bohong (baca: hoax) yang bertebaran di mana-mana. Kecerdasan dengan menggunakan intuisi dan perenungan yang dalam sangat penting dalam keadaan bangsa yang genting seperti saat ini. Memaklumi perbedaan pilihan dan pemikiran tanpa memutus tali silaturrahim yang satu dengan yang lain.

Jika negara ini sudah betul-betul pecah-belah, pemenangnya bukan kita; bukan bangsa Indonesia. Tetapi kepentingan asing yang segera akan menjajah untuk kesekian kalinya.

Wallahu a'lam!

Sampang, 03 Januari 2017

0 komentar:

Posting Komentar