Senin, 06 November 2017

Felix Sauw Tester Politik Jawa Timur

Felix Sauw Tester Politik Jawa Timur

Beberapa hari terakhir ini, Indonesia khususnya Jawa Timur sedang dilanda oleh fitnah yang dahsyat. Massa Badan Otonom (Banom) NU Bangil yang meluruk Ustadz Felix Siauw yang akan mengisi pengajian akbar bertajuk Antara Wahyu dan Nafsu, di Masjid Manarul Gempeng, Kecamatan Bangil, Kabupaten Pasuruan, Sabtu (4/11/17), yang berakhir dengan gagalnya pengajian dimaksud, sedang diserang oleh beberapa kalangan.

Namun, aksi ini tidak semata-mata terjadi begitu saja, tetapi sudah melalui perjalanan panjang yang berakhir dengan permintaan penandatanganan tiga poin yang disodorkan pada Ustadz Felix: Pertama, menyatakan bahwa Pancasila sebagai ideologi Negara Kesatuan Republik Indonesia; kedua, tidak akan menyebarkan paham khilafah; ketiga, menyatakan keluar dari HTI. Tapi Ustadz Felix meninggalkan pengajian karena tidak mau menandatangani surat yang disodorkan Ansor Bangil.

Kenapa harus ada permintaan penandatanganan surat? Iya, karena beliau ustadz Felix adalah kader eks HTI yang sudah dibubarkan oleh pemerintah. Jangan sampai organisasi yang sudah dilarang oleh negara itu, masih menyuarakan ideologinya yang tidak sesuai dengan Pancasila di majlis-majlis. Karena itu tidak baik bagi kesehatan perjalanan NKRI.

Peristiwa ini sedang digoreng sedemikian rupa dengan berbagai macam argumentasi. Tentu, argumentasi itu masih bergantung kecenderungan kepada golongan mana orang itu berpihak. Bagi yang tidak pro dengan Banom NU, pasti ia akan memosisikan diri dijalur yang kontra terhadap gerakan Banser, pun sebaliknya bagi yang Ahlussunah wal Jama’ah akan memosisikan diri pada yang pro kepada gerakan Banser. Demikian itu, karena NU adalah ahlussunnah waljamaah.

Siapa sebenarnya Ustadz Felix Siauw? Inilah sedikit tentang profil beliau. Felix Siauw (lahir di Palembang, Sumatera Selatan, 31 Januari 1984; umur 33 tahun) adalah seorang ustadz etnis Tionghoa-Indonesia. Ia menjadi seorang mualaf semenjak masa kuliah dan bertemu seorang aktivis gerakan Islam, Hizbut Tahrir Indonesia. Felix Siauw lahir dan tumbuh di lingkungan non-muslim. Ia mulai mengenal Islam pada tahun 2002, saat masih berkuliah di Institut Pertanian Bogor semester tiga.

Ingat, ia mengenal Islam sejak 2002. Entah, bagaimana cara seorang muallaf sampai sedemikian dipercaya ilmu agamanya melebihi Kyai pesantren. Oh, tidak!

Atas peristiwa ini, kacamata lain bisa kita gunakan untuk membedah unsur yang mungkin melatarbelakangi kejadian ini. Unsur politik misalnya. Felix Siauw dijadikan sebagai tester indikator keberpihakan masyarakat Jawa Timur kepada ideologi yang diusung, sehingga melahirkan klasifikasi masyarakat Jawa Timur yang cenderung kepada NU atau di luar NU.

Kemudian, muncul La Nyalla Mattaliti yang mencoba untuk menggiring masyarakat yang sudah mulai terkotak. Ambil bagian pada masyarakat yang tidak sepaham dengan gerakan Ansor. Lagi-lagi, agama menjadi isu empuk untuk dimainkan di Jawa Timur. Dalam pada ini, NU sudah dikuasai dua kader terbaiknya dalam kontestasi Jawa Timur, sehingga seakan non-NU menjadi bagian La Nyalla.

Konon katanya, Habib Rizieq, disebut tim La Nyalla, bersama para ulama dan habaib akan mendukung ikhtiar La Nyalla untuk memenangi pilgub di Jatim pada 2018.

"Insyaallah ana dan para ulama serta para habaib di Jatim akan mendukung antum. Insyaallah selama niat antum ikhlas karena Allah Ta'ala, kami semua akan mendukung. Apalagi antum berikhtiar untuk maju lewat Partai Gerindra, PKS, dan PAN. Sudah benar itu," tandas Habib Rizieq, dalam sebuah kesempatan.

Munculnya dominasi kader NU dalam kontestasi politik Jawa Timur tidak membuat semua kalangan puas. Ada saja yang masih akan memanfaatkan isu agama di Jawa Timur yang notabene sudah dewasa dalam beragama. Semoga Jawa Timur dijauhkan dari aduk-aduk seperti DKI Jakarta beberapa tempo lalu.

Wallahu a'lam!

Pamekasan, 06 Nopember 2017

0 komentar:

Posting Komentar