Rabu, 27 Juni 2018

Mereka Juga Manusia

Mereka Juga Manusia

Kadang merasa bingung menanggapi tentang kemanusiaan. Ada yang berbicara tentang hak asasi manusia, demokrasi, budaya, agama, dan bahkan hukum. Semuanya membawa aturan mainnya sendiri. Ada orang meludah mengenai wajah orang, atas nama hukum ia harus diadili; ada yang memukul orang lain, atas nama hak asasi manusia juga harus diadili; begitu juga yang mencuri, harus diadili. Yang mau dibicarakan bukan persoalan pelanggaran yang harus diadili. Tetapi, pada saat manusia-manusia ini diadili, mereka dirantai kemudian dipenjarakan. Membayangkan saja pusing, ketika pada saat tertentu manusia harus menjadi binatang, yang dibatasi ruang geraknya.

Itu mungkin menjadi sebuah penjelasan, bahwa dalam keadaan tertentu manusia bisa menjadi binatang dan bisa diperlakukan sebagai binatang. Tetapi, pasti semua ada alasannya; ada penjelasannya.

Kadang, sesuatu yang memotivasi tindakan mengarah pada perbuatan negatif itu tidak pernah dijadikan evaluasi untuk menciptakan keadaan menjadi lebih baik, tetapi hal itu dibiarkan berlalu begitu saja. Padahal fakta-fakta di persidangan misalkan, itu justru cukup untuk dijadikan sebagai indikator tentang karakter dan masalah suatu bangsa, dan dari sana pula bisa merumuskan langkah strategis untuk mengatasi persoalan. Kenapa itu hanya dijadikan sebagai catatan kriminal saja, tanpa melahirkan sebuah pertanyaan, kenapa tindakan ini terjadi dan bagaimana mengantisipasi agar tidak berulang.

Memanusiakan manusia itu sebenarnya bisa dilakukan dengan cara menghindarkan manusia dari kursi peradilan. Caranya, tentu memperkecil alasan kenapa tindakan negatif (baca: kriminal) itu terjadi. Yudikatif memperkuat hubungannya dengan eksekutif dan legislatif untuk membicarakan tentang kecenderungan pelanggaran yang dilakukan olah masyarakatnya. Sehingga dengan begitu, diagnosa yang digunakan untuk mencegah dan mengatasi masalah bisa tepat. Bukan malah bangga, ketika mampu menangkap maling; bangga ketika sudah merantai, memukul dan memenjarakan manusia. Ia, jangan lupa, dia manusia. Sama seperti kita, anakmu ataupun keluargamu yang lain.

Apakah sengaja menggunakan logika terbalik. Kalau tidak ada pelanggaran, pekerjaan penegak hukum tidak ada.

Pamekasan, 28 Juni 2016

0 komentar:

Posting Komentar