Selasa, 12 Juni 2018

Babak Akhir Pertarungan Dunia Maya

Babak Akhir Pertarungan Dunia Maya

Menjelang pemungutan suara tanggal 27 Juni 2018 dalam kontestasi Pilkada Pamekasan, sudah bisa dikatakan bahwa pemilih sudah hampir konkret menentukan pilihannya. Memasuki babak akhir ini, kerja keras seperti apapun tidak akan membuahkan hasil yang signifikan, kecuali hanya berkutat membicarakan basis-yang sama-seperti kemarin dan lusa. Tidak ada perkembangan lain.

Sembilan puluh koma sekian dari 100% jumlah pemilih sudah menentukan sikapnya. Pemilih fanatik sudah terbentuk, sehingga untuk memengaruhi pemilih sangat sulit. Yang bisa dilakukan saat ini mencoba menghitung jumlah orang berdasarkan informasi dari tim masing-masing sampai ke lingkup paling sempit, yaitu TPS. Kalau sudah kalah berdasarkan survei, maka khawatir tidak menyembelih sapi.

Strategi apapun jika memasuki ruang pemilih fanatik bukan malah menambah suara, tetapi bisa mempertajam perseteruan diantara para pemilih. Karena seringnya diskusi pilkada di media sosial (baca: facebook) maka pemilih fanatik lahir di sana, melalui media sosial. Maka tidak heran jika di media sosial melahirkan sebuah perseteruan yang sangat alot. Tidak jarang, kawan to be lawan.

Pemilih ada yang bisa diciptakan dalam waktu dekat ada pula yang membutuhkan waktu yang sangat panjang. Pemilih rasional adalah pemilih yang sudah mampu menentukan pilihannya jauh hari, bukan karena intervensi politik. Jika kita melihat pemilih yang tidak konsisten seperti misalnya, kemarin A dan sekarang berubah B, itu menandakan pemilih yang tidak rasional. Terlepas dari persoalan, pertama ke siapa berikutnya ke siapa.

Stagnasi suara bisa diperparah oleh lemahnya tim. Semisal tim yang memengaruhi satu orang tetangganya saja tidak bisa; bukan tokoh, sering membuat dagelan yang memilukan, terlalu mengandalkan doktrin, sering blunder dan tidak ada rasionalisasi kepada pemilih. Rasionalisasi dalam artian, semacam pertanyaan, kenapa harus memilih nomor 1, dan tidak nomor 2.

Di facebook teman kita sudah sangat paham pada masing-masing figur. Berdasarkan aksi propaganda yang dilakukan oleh masing-masing tim, saya pikir semuanya sudah mampu memosisikan pemilih. Tetapi kalau harus menambah pemilih, rasanya tidak. Kenapa sebab, karena kita tidak menambah pertemanan, kalaupun menambah belum tentu orang setempat dan bisa diajak bersama. Pertanyaannya adalah: perdebatan yang dilakukan siang malam itu untuk memengaruhi siapa? Sementara teman kita di facebook yang itu-itu saja.

Jawaban dari pertanyaan itu adalah, hanya ingin memenangkan hujjah saja. Kalau ingin memenangkan figur yang diusung, tempatnya di dunia nyata, tempat di mana banyak orang yang tidak tahu dengan dunia maya. Dunia maya sudah final, tinggal gerilya ke pelosok desa dari kampung ke kampung. Mari, hentikan segala bentuk perdebatan yang memperuncing perpecahan di antara kau dan aku, Sayang.

Yang jelas, bagi yang merasa tidak mempunyai sistem yang kuat sampai lapisan paling bawah, khawatir.

Wallahu a'lam!
Pamekasan, 08 Juni 2018

0 komentar:

Posting Komentar