Senin, 18 Juni 2018

Teman STM, Mesin dan Pilkada Pamekasan

Teman STM, Mesin dan Pilkada Pamekasan

Waktu masih Sekolah Teknik Mesin (STM) di SMKN 2 Pamekasan, ada pelajaran yang menarik tentang teknik mesin. Mesin yang dimaksud, bisa mesin mobil, sepeda motor, atau sejenisnya. Guru saya bilang, "Mesin itu hidup, kalau ada (berfungsi) tiga hal: ada kompresi, ada bahan bakar, dan ada percikan api busi." Kompresi adalah pemampatan udara untuk menciptakan panas yang tinggi di dalam blok silinder.

Setelah blok silinder panas, baru karburator-tempat pencampuran bahan bakar dengan udara-mengirimkan hasil olahan bahan bakar ke dalam blok silinder, lalu ada percikan api busi untuk membakar bahan bakar. Setelah tiga hal itu bertemu, maka terjadilah pembakaran pada blok silinder.

Terbakarnya bahan bakar di dalam silinder blok menciptakan ledakan dengan suara yang nyaring. Itulah sebab, kenapa mesin menggunakan knalpot dan filter. Hal itu untuk menghindari suara bising yang ditimbulkan oleh ledakan. Kita bisa bayangkan saja kalau ada knalpot tanpa filter, atau yang disebut dengan knalpot 'telo' oleh anak muda. Betapa suaranya sangat mengganggu sekali.

Nah, ledakan itu yang kemudian menciptakan putaran poros engkol dan putaran dikirim pada transmisi untuk mengatur kecepatan, lalu ke roda.

Tentu, tiga hal tersebut ada perangkatnya masing-masing. Kompresi tidak akan maksimal jika seker dan gelangnya sekeng atau bengkok; pun percikan api busi tidak akan baik dan bahkan mati, jika koel, kawat atau busi rusak. Termasuk bahan bakar tidak akan terbakar dengan baik jika karburatornya juga rusak. Itu teori sederhananya, dan namanya teori memang seringkali semudah itu.

Hidup itu memang harus kompleks. Butuh bersatunya beberapa elemen, sebab dari beberapa komponen bisa saling menopang satu sama lain. Semua komponen harus saling mendukung menjadi satu untuk menghasilkan kerja yang baik. "Bersatu kita teguh bercerai kita runtuh," itulah yang pernah diajarkan waktu masih di sekolah.

Yang masih terkenang bukan hanya seputar mesin dengan segala tetek bengeknya. Lain dari itu yang paling diingat dalam perjalanannya adalah asumsi banyak orang bahwa anak ATM itu terkenal nakal dan sering tauran. Pernah suatu ketika saya ke SMA 3, menyapa siswi setempat dan pura-pura bertanya seseorang, ketika saya masih mengatakan bahwa saya siswa SMA 4, kelihatan sekali baik-baik saja, pas saya jujur kalau saya anak STM, tiba-tiba ia berkelebat dan menghilang. Itulah anak STM.

Tapi sampai saat ini saya masih bangga dengan sekolah saya, termasuk teman-teman saya yang masih kompak. Selepas lebaran, kita masih sering menyempatkan diri untuk bertemu dan sekedar bersenda gurau. Dengan aneka ragam profesi kita melebur: ada yang masih istiqomah dengan mesin (bekerja di bengkel), ada pegawai Bank, ada yang bekerja di percetakan, ada yang menjadi guru, ada yang polisi, ada yang TNI, wartawan juga ada, bergerak di besi tua, dan bahkan ada yang bergerak di bisnis benda pusaka (seperti keris, besi kuning, dll.)

Yang menarik sampai saat ini, mereka semua masih rasional. Mereka tidak meninggalkan sama sekali persoalan masa depan kabupaten Pamekasan. Di sela-sela perbincangan, masih menyempatkan diri membicarakan tentang calon pemimpin masa depan kabupaten Pamekasan. Di antara mereka ada yang bertanya, "Siapa calon pemimpin Pamekasan di masa depan yang menurut kamu baik, Nan?" Dengan pertanyaan seperti itu, tentu semuanya tahu bahwa saya menjawab, siapa. Dan atas dasar jawaban itu, insyaallah mereka bersama dengan saya untuk menentukan masa depan Pamekasan.

Wallahu a'lam!
Pamekasan, 17 Juni 2018

0 komentar:

Posting Komentar