Selasa, 12 Juni 2018

Puasa Harusnya Tanpa Kekerasan

Puasa Harusnya Tanpa Kekerasan

Sungguh perbincangan sangat menarik ketika membicarakan tentang bagaimana kita seorang muslim menyikapi persoalan-persoalan di bulan Ramadlan. Taruhlah, bagaimana posisi kita menyikapi persoalan penyisiran yang dilakukan oleh lembaga tertentu kepada warung-warung yang buka di siang hari pada bulan puasa yang berakhir dengan pemaksaan untuk menutup. Ada yang berposisi sebagai pembela Tuhan, bahwa setiap warung yang buka di siang hari harus ditutup dengan alasan mengganggu ketenangan orang yang sedang puasa; ada juga yang berposisi sebagai pembela kemanusiaan, yang membela keberadaan mereka (penjual) karena itu merupakan sumber untuk mendapatkan penghasilan, yang endingnya untuk menghidupi keluarga.

Jika kita sepakat bahwa ini persoalan, maka semua pihak tidak boleh diam untuk mencari jalan tengah terhadap persoalan ini. Karena yang jelas semua orang mencari pembenaran sendiri untuk mempertahankan tanggungjawabnya masing-masing, baik kepada keluarganya atau kepada instansinya. Yang satu beralasan penertiban dan yang lainnya beralasan untuk menghidupi keluarga. Jika memang, berjualan merupakan satu-satunya penghasilan bagi para penjual makanan, maka pihak yang mempunyai tanggungjawab untuk melakukan penertiban tugasnya tidak selesai sampai di sana, tetapi bagaimana pasca pelarangan itu ada antisipasi agar keluarga yang biasa berjualan itu terpenuhi kebutuhan hidupnya.

Persoalan-persoalan kemanusiaan seperti ini juga tidak boleh luput sebagai pertimbangan. Karena kita sebagai penganut sebuah agama tidak pernah meyakini bahwa agama akan membawa kesengsaraan bagi penganutnya, apalagi menjadi sebuah petaka. Belum lagi adanya pertimbangan-pertimbangan lain bahwa tidak semua umat Islam mempunyai kewajiban untuk berpuasa, seperti orang yang sedang menstruasi, dalam perjalanan, sakit, hamil yang dimungkinkan mengganggu bayinya, dan lain sebagainya. Jangan sampai perilaku keberagamaan kita justru sampai tidak mewakili agama.

Penyampaian substansi dari puasa malah lebih penting agar orang-orang yang menjalankan puasa lebih menjiwai terhadap kegiatan puasa. Puasa sebagai upaya penyucian diri dan pencegahan dari hal-hal yang berbau negatif betul-betul terealisasikan. Dengan begitu, berapa banyak pun manusia-manusia yang hendak berjualan (makanan) di siang hari tidak akan mampu memberikan pengaruh yang bisa menggoyahkan puasa yang sedang dilakukan. Adanya razia bagi para pedagang yang berjual makanan itu hanya selesai dipermukaan saja, tidak selesai secara substantif. Bagi orang yang belum memahami betul tentang substansi dari puasa, dimanapun bisa menjadi tempat untuk makan.

Yang diharapkan dalam uraian ini, bagi pihak yang mempunyai tanggungjawab harus mampu memberikan penyadaran tanpa kekerasan. Jangan sampai ibadah yang diharapkan mampu mencegah dan menahan hawa nafsu, malah dijadikan alasan untuk mengumbar nafsu; ibadah yang diharapkan bisa lebih mendekatkan diri kepada Tuhan, malah semakin jauh dari Tuhan.

Wallahu a'lam

Pamekasan, 13 Juni 2016

0 komentar:

Posting Komentar