Minggu, 27 Mei 2018

Gerakan Masyarakat Perangi Politik Uang

Gerakan Masyarakat Perangi Politik Uang

Saya setuju kalau masing-masing calon—melalui timnya—dalam kontestasi Pilkada Pamekasan ini sama-sama meneriakkan katakan "tidak" pada politik uang. Setidaknya, dengan begitu kita melihat sebuah kewarasan yang diperlihatkan oleh masyarakat (baca: tim). Terlepas dari persoalan siapa yang memulai dan mengajak akan hal itu, mau tim atau masyarakat umum, pokoknya hal itu waras. Bagi gue itu penting binggow sebagai sebuah cara memutus mata rantai korupsi.

Kalau mau ditelusuri jejaknya, "Memangnya maling ada jejaknya!" memang ada hubungan kausalitas antara money politik dengan korupsi. Sebab akhirnya, berapa banyak jumlah materi yang keluar waktu kampanye harus berbanding lurus dan bahkan berbanding lebih dengan jumlah materi yang harus masuk kantong setelah terpilih. Maka saya sepakat jika ada ajakan, "ambil uangnya dan pilih orangnya". Ups, maksudnya jangan pilih orangnya.

Dari itu, kewarasan semacam ini harusnya diapresiasi. Jika ada sepasang calon yang bertekad dan beritikad untuk memerangi korupsi, harusnya langkah yang waras bagi kita adalah menghindari nada-nada nyinyir agar tidak terbangun sebuah asumsi kelaziman pada politik uang. Meski tidak menutup kemungkinan yang terpilih tanpa modal sekalipun akan jual beli jabatan di birokrasi. Hal semacam itu bergantung integritas seseorang, bukan pengalaman kerja. Manusia kalau sudah sampai, cenderung lupa pada yang mengantarkan.

Korupsi itu penyakit yang menjangkiti hampir setiap lini masyarakat. Maka dari itu korupsi disebut sebagai kejahatan luar biasa yang membahayakan terhadap masa depan anak bangsa. Kenapa demikian? Karena korupsi menghilangkan kesempatan bagi orang lain untuk hidup lebih baik, yang seharusnya masyarakat mampu menyekolahkan anaknya menjadi tidak mampu. Belum lagi misalnya tidak ada kebijakan subsidi dari pemerintah seperti beasiswa bagi masyarakat kecil, dari itu ketimpangan sosial akan terlampau jauh. Kata, Bang Roma, "Yang kaya makin kaya, yang miskin makin miskin".

Korupsi juga bukan satu-satunya disebabkan oleh politik uang. Gaya hidup yang kurang baik juga bisa melahirkan korupsi bagi seorang pejabat. Gaya hidup seperti menumpuk harta kekayaan atau menumpuk benda-benda istimewa lainnya. Yang termasuk dalam golongan istimewa dalam pada ini adalah harta, tahta, dan lain sebagainya dan lain sebagainya. Ingat, diulang dua kali agar lebih mantap. Dan lain sebagainya dan lain sebagainya.

Kalau boleh meniru perkataan mantan Presiden kita bapak Sby, "saya prihatin" melihat kondisi ini. Dimana kebenaran memperjuangkan kebaikan dianggap sebagai bahan candaan. Melihat cita-cita besar aksi tanggap darurat korupsi ini saya jadi optimis bahwa keadaan akan lebih baik. Insyaallah, maalyakin. Tentu, harus didukung bersama oleh segenap elemen masyarakat, tidak membangun jarak antara pejabat dan masyarakat, dengan bahasa lain harus mampu adaptasi dan berbaur. Buang rasa gengsi di antara kita.

Harapan saya, semoga ke depan kita terhindar dari godaan politik uang yang terkutuk. Ibarat permainan catur, salah satu langkah akan melahirkan kesalahan pada langkah-langkah berikutnya. Salah memberikan suara, maka kerugian pada lima tahun ke depan sudah mengintip di balik tirai jendela. Anda mau tirai satu atau tirai dua? Silahkan pilih dan jangan sampai memilih 'zonk' agar tidak menyesal kemudian.

Kita adalah sahabat apapun pilihannya, jangan lupa untuk senantiasa berbaur.

Pamekasan, 25 Mei 2018

0 komentar:

Posting Komentar