Kamis, 31 Mei 2018

Pancasila, Setan dan Orang Kanan

Pancasila, Setan dan Orang Kanan

Dengan diikatnya setan-pada bulan puasa, bisa saja orang seperti Durjudana atau Rahvana sekalipun bisa menjadi baik. Sebab, kita percaya bahwa yang selama ini menjadikan manusia jahat adalah setan dengan berbagai godaan dan tipu dayanya. Kecuali kalau orang itu terlalu dekat dengan manusia bermodel Sengkuni atau; bermodel Halayuda, karena setannya mereka sendiri.

Jangankan orang yang mempunyai potensi jahat, yang baik pun bisa menjadi jahat. Mungkin orang seperti mereka yang dimaksud Allah dalam surat An-nas tentang setan berwujud manusia yang senantiasa membisikkan (kejahatan) dalam hati manusia. Dengan segala tipu daya yang dimiliki mampu merubah akal sehat orang lain.

Apalagi setan yang memang tugasnya menggoda manusia untuk jahat, tidak akan mempengaruhi manusia untuk jahat. Dekat dengan orang yang biasa berbuat jahat saja, kita akan ketularan jahat. Sebab, karakter manusia itu akan mencuri karakter manusia lainnya secara perlahan, kira-kira itu kaidah dalam Islam yang pernah saya dengar. Maka, dianjurkan bagi kita untuk mencari dan berteman dengan manusia-manusia yang baik, agar kita ketularan baik.

Kecenderungan orang yang tingkat kemampuannya lebih tinggi, mereka lebih mudah mempengaruhi orang yang ada di bawahnya. Selektif mencari teman adalah cara paling aman dan baik. Aman dari pengaruh jahat orang-orang yang ingin menggeser pemikiran kita, utamanya yang ingin menggeser kecintaan kita kepada negara, pemimpin negara dan ideologi negara yakni Pancasila.

Dalam konteks Indonesia, menjamurnya manusia apancasilais tidak lepas dari pergaulannnya. Orang ini senantiasa bergaul dengan orang-orang kanan yang sengaja menghadapkan agama dengan negara dan menjadikan negara sebagai musuh bersama, sehingga muncullah terorisme. Terorisme itu sengaja diciptakan oleh manusia ekstrim kanan untuk merubah ideologi negara, menjadi ideologi yang diinginkan.

Jadi ingat pesan Ali Imron, bahwa mendukung terorisme itu cukup dengan mengatakan, pengalihan isu dan konspirasi pemerintah. Itu sudah membuat teroris lebih tenang dan kipas-kipas. Namun, sayangnya masih banyak di antara kita yang kesadarannya sangat kecil akan ancaman terorisme ini, sehingga mengatakan bom Kampung Melayu adalah sebuah konspirasi pemerintah. Naif sekali!

Semoga Garuda masih mampu terbang tinggi dan mengamati musuh-musuhnya, dan Pancasila mampu mengikat kuat keberagaman bangsa Indonesia ini.

Selamat hari Pancasila.
Pamekasan, 01 Juni 2017

0 komentar:

Posting Komentar