Minggu, 15 April 2018

Tuhan Tidak Sedang Melempar Dadu

Tuhan Tidak Sedang Melempar Dadu

Tuhan tidak sedang melempar dadu. Apapun yang terjadi pada diri manusia itu sudah digariskan olehNya. Tidak ada yang kebetulan dalam hidup, semua diatur dengan kuasa agar manusia sadar bahwa jalan hidup manusia tidak bisa mengatur sendiri. Siapapun manusia yang sedang berada di bawah ujian Tuhan, Tuhan memberikan jalan agar "sabar dan shalat".

Memang solusi semudah itu terkesan tidak rasional, tetapi itu jika diukur dari rasionalitas sebagai manusia bukan sebagai Tuhan. Bagi Tuhan tidak ada yang tidak masuk akal, karena Tuhan mampu menciptakan apa saja. Semua yang Tuhan tawarkan hanya sebagai perantara kehendak-Nya agar sesuatu itu bisa terjadi. Akhirnya rasionalitas perspektif manusia terletak seberapa jauh ia percaya dengan kuasa Tuhan untuk menciptakan sesuatu terjadi setelah Tuhan banyak ciptakan segala sesuatu.

Kenapa sabar dan shalat? Kadang meski dengan sangat terbatas, manusia sebagai ciptaan Tuhan diberikan akal dan pikiran untuk memikirkan maksud Tuhan. Hampir semua orang tahu, bahwa sabar akan memotivasi pikiran seseorang menjadi lebih tenang, dalam kondisi ini maka manusia akan lebih mudah menyelesaikan persoalan yang sedang terjadi. Sebaliknya, sikap panik akan semakin menambah persoalan karena sikap gegabah muncul pada saat seseorang sedang dalam kondisi panik.

Tuhan pemilik ruang dan waktu. Kenapa tiba-tiba manusia itu berada pada ruang itu pada saat itu? Kenapa tidak berada pada ruang dan waktu yang lain? Dengan maksud agar tidak ada masalah yang menimpa dalam menjalani hidup. Tidak, di ruang dan waktu apapun kita berada, Tuhan sudah menyiapkan dengan segala persoalannya. Karena ujian hidup menjadi bagian dari kehidupan ini.

Jika kita tidak suka dengan ruang dan waktu (baca: lingkungan) yang Tuhan tentukan, sama saja dengan kita sebagai manusia tidak mau dilahirkan ke dunia ini oleh ibu kita. Perjalanan hidup manusia memang dimulai dari oleh siapa kita dilahirkan. Sebab, itu yang menentukan masa depan hidup termasuk persoalan dalam kehidupan itu sendiri. Kenapa demikian? Karena ruang dan waktu yang Tuhan sediakan pada saat kita dilahirkan yang menentukan persoalan apa yang hendak Tuhan berikan. Jaringan, kesempatan, peradaban sebagai penentu kualitas manusia yang menentukan kapasitas manusia di lingkungan hidupnya adalah Tuhan yang menyediakan.

Bicara hakikat memang tidak kunjung selesai. Ada orang mati sebab kemiskinan (siapa yang mau dalam posisi itu), ada yang mati dengan meninggalkan banyak warisan (mungkin semua orang menginginkan seperti itu). Siapa orang yang tidak mau jika dengan kerja keras yang sama membuat seseorang berhasil seperti lainnya. Tapi, apakah itu bisa terjadi. Tentu tidak. Karena jika hal itu terjadi, hanya akan ada satu usaha (baca: pekerjaan) di dunia ini.

Tidak hanya dalam persoalan material sebenarnya hal itu, tetapi lahirnya sikap-sikap sosial--yang menyimpang atau tidak menyimpang--juga menjadi bagian dari hakikat ketuhanan.

Mungkin yang dimaksud oleh Gus Dur dengan 'memanusiakan manusia'. Bahwa, manusia tidak lepas dari kesalahan dalam menjalani hidup. Kalau diperkenankan semua orang ingin hidup kaya dan baik. Jadi harus serba memaklumi, jika tiba-tiba kita atau siapa saja berada dalam posisi yang tidak menguntungkan. Seperti yang disampaikan oleh Gus Mus, "Kita tidak boleh juga menghukum orang yang sedang berjalan untuk belajar, kita tidak boleh memvonis orang dengan mudah,". Artinya bahwa semua orang punya kesempatan untuk menjadi lebih baik.

Pamekasan, 15 April 2016

0 komentar:

Posting Komentar