Senin, 09 April 2018

Fenomena Hastag

Fenomena Hastag

Hastag atau tanda pagar (tagar) #2019gantipresiden semakin mengemuka. Entah, siapa yang memulai. Yang jelas tidak mungkin jika tidak dilakukan oleh pihak yang tidak berkepentingan.

Tagar yang sedianya dijadikan sebagai cara untuk mengkategorikan konten atau postingan di media sosial, kini sudah menempel di kaos-kaos. Sebenarnya salah tempat, tapi sama seperti orang kebelet pipis, di tempat manapun langsung jadi.

Hal semacam ini gaya lain dari aksi demonstrasi yang disuarakan di jalan-jalan untuk menurunkan presiden. Tapi rasanya gerakan ini terlalu awal, karena Bapak Presiden siap mengantisipasi dari jauh hari dengan mudah sebelum pemilu tiba.

Orang kadang lupa, bahwa Presiden Joko Widodo itu pilih tanding. Bahkan ada seorang profesor yang mengatakan bahwa untuk bisa mengimbangi Jokowi dalam kontestasi 2019, maka Jokowi harus berhenti sementara dalam bekerja. Sementara beliau sebagai seorang Presiden nyaris tidak waktu untuk diam.

Elektabilitas Jokowi sangat tinggi. Dengan elektabilitasnya yang cukup tinggi dan dukungan partai yang masif saat ini, maka dapat dipastikan lawan Jokowi tidak boleh rival yang lama, apalagi hanya dilawan dengan hastag. Bahasa lainnnya, kaos saja tidak cukup, butuh langkah taktis yang lebih nyata.

Untuk menambah kekuatan, boleh saja rival sang Presiden menggunakan isu kriminalisasi ulama. Karena memang ada sebagian kelompok yang masih menginginkan lengsernya Jokowi untuk menyelamatkan tokoh idolanya kalau beliau lengser.

Tapi yang tidak boleh dilupakan, masyarakat kita sudah cukup cerdas. Sehingga isu yang muncul menjelang kontestasi apapun masuk pada ketegori politik. Jadi pemirsa harus sabar, jangan terburu memutuskan sesuatu tanpa melewati otaknya.

Salam damai untuk Indonesiaku.

Pamekasan, 09 April 2018

0 komentar:

Posting Komentar