Rabu, 04 April 2018

Ada apa dengan Pilkada Pamekasan?

Ada apa dengan Pilkada Pamekasan?

Sebuah pertanyaan yang terbersit di dalam pikiran saya. Ketika melihat seorang ulama besar, sekelas KH. Nawawi Abdul Djalil Pengasuh pondok pesantren Sidogiri turut serta memberikan dukungannya kepada salah satu calon dalam kontestasi Pilkada Pamekasan. Bukankah beliau adalah ulama berkaliber nasional dan bahkan internasional?

Yang pasti, beliau punya alasan sendiri dalam hal ini. Tak perlu diragukan lagi keputusan beliau.

Semula banyak pihak yang tidak percaya dengan selebaran yang berupa maklumat dari beliau, hingga akhirnya beliau menyempatkan diri rauh di kediaman salah satu calon, tepatnya di kediaman RBT, panggilan Ra Badrut Taman. Untuk memastikan bahwa selebaran yang dimaksud tidak mengandung kebohongan, beliau berkenan direkam pada saat membacakan selebaran yang beredar sebelumnya.

Untuk memastikan dan menghilangkan perdebatan di antara para santri Sidogiri beliau menyempatkan hadir ke Pamekasan. Beliau sepertinya memang tidak mau ada suara yang pecah di antara santri Sidogiri. Menyamakan persepsi dengan para santrinya yang ada di Pamekasan. Perkara ada sebagian pihak yang masih meragukan-karena ada kepentingan lain-tidak masalah, yang penting saat ini seluruh santri Sidogiri sudah satu pemahaman untuk bersama mendukung Berbaur.

Akhirnya, Berbaur punya tempat bersandar. Dan dapat dipastikan pula tempat bersandarnya sangat kokoh, karena sebenarnya sandaran ini merupakan sandaran bagi pihak-pihak yang selama ini dijadikan sebagai sandaran. Dalam artian, banyak ulama kita di Madura yang selama ini kita jadikan sebagai sandaran, berguru (baca: nyantri) pada beliau (Pesantren Sidogiri).

***
Sampai pada tulisan di atas, saya tidak melanjutkan dan tidur. Demi Allah, saya bersumpah bahwa saya bermimpi dan berjumpa beliau, KH. Nawawi Abdul Djalil. Saya menyalami dan mencium tangan beliau-dibolak-balik-sangat lama. Saya merasa bahwa beliau melegitimasi terhadap apa yang saya tulis untuk kemudian dipublikasikan. Tulisan ini saya tulis setelah terbangun dari tidur.

***
Yang jelas keputusan seorang ulama itu sudah ada dasar pemikiran yang melatarbelakangi. Tidak semerta-merta menjatuhkan dukungan tanpa alasan yang jelas. Setidaknya, beliau lebih peka terhadap persoalan yang dihadapi oleh Pamekasan, meski dalam kacamata batin. Seorang ulama tidak lepas dari sebuah istikharah untuk mencari jalan kebaikan. Dan, insyaallah, keputusan beliau mendukung RBT sudah melalui perjalanan yang panjang.

Seperti yang banyak orang lakukan, menyelamatkan nama baik guru adalah sebuah keniscayaan. Sebagaimana kebanyakan orang lakukan untuk menjaga nama baik gurunya, pun hal itu para santri Sidogiri melakukannya. Selepas dari pernyataan beliau, ketika bertemu dengan santri Sidogiri mereka menyatakan dukungannya kepada Berbaur atas nama ketaatan kepada gurunya.

Didukung oleh siapapun sah-sah saja. Yang paling penting dari dukungan yang diberikan oleh ulama masing-masing yang telah kita ketahui jangan dipelintir dalam bentuk apapun. Karena para beliau maqamnya jauh melampaui kita. Takut kualat.

Pamekasan, 03 April 2018

0 komentar:

Posting Komentar