Senin, 16 April 2018

Ulang Tahun PMII dan Upaya Mengembalikan Ghiroh Nasioanal

Ulang Tahun PMII dan Upaya Mengembalikan Ghiroh Nasioanal
Sebelumnya, saya ucapkan, “Selamat ulang tahun PMII ke-56, ilmu dan bakti kuberikan adil dan makmur kuperjuangkan.”

Ia, apa PMII itu sebenarnya, kok tiba-tiba familiar di telinga; tidak kelu mengucapkannya di lidah, dan selalu sejuk dipandang mata. Sepertinya PMII itu bukan sesuatu yang asing dalam kehidupan ini, hampir semua orang yang pernah merasakan bangku kuliah pernah mendengarnya. Apa yang menjadikannya (PMII) begitu tenar di masyarakat. Dalam pada ini harus ada penjelasan yang mendetail, biar tidak hanya menjadi formalitas belaka setiap tanggal 17 April tiba-tiba semua orang—utamanya para aktivis—mengucapkan, “Selamat ulang tahun,”. Penting sekali mengupas sepak terjang PMII sebagai upaya meningkatkat ghiroh bagi siapa saja yang masih mengatasnamakan PMII sebagai media transformasi sosial.

Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia yang disingkat dengan PMII itu merupakan sebuah organisasi kemahasiswaan yang lahir pada tanggal 17 April tahun 1960 di Surabaya yang kemudian diasuh dan dibesarkan pertama kali oleh sahabat Mahbub Djunaedi dan dibantu oleh sahabat Subhan ZE (terima kasih sahabat, jasamu tidak akan kami lupakan). Ia lahir karena menjadi suatu kebutuhan dalam menjawab tantangan zaman, dan adanya hasrat kuat para mahasiswa NU untuk mendirikan organisasi mahasiswa yang berideologi Ahlusssunnah wal Jama’ah sebagai wahana penyaluran aspirasi dan pengembangan potensi mahasiswa-mahsiswa yang berkultur NU. Semula orientasinya di sana, sebelum muncul hal lain yang perlu diperjuangkan atas nama tantangan zaman dan ideologi.

Kemudian, hal lain yang manjadi penyebab lahirnya PMII pada saat itu adalah: Carut marutnya situasi politik bangsa indonesia dalam kurun waktu 1950-1959; tidak menentunya sistem pemerintahan dan perundang-undangan yang ada; pisahnya NU dari Masyumi; dan ketika PSI (Partai Sosialis Indonesia) dan Masyumi dibubarkan oleh Bung Karno, Bung Karno meminta kepada NU untuk mendirikan oganisasi mahasiswa Islam yang 'Indonesia' maka berdirilah Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia. Meski dalam perjalanannya masih ada perdebatan dalam musyawarah perihal penamaan yang kemudian menjadi PMII.

Hal itu juga menjadi uswah tersendiri bagi warga pergerakan saat ini bahwa bagaimana pentingnya musyawarah dalam mengambil keputusan-keputusan besar, seperti musyawarah yang dilakukan oleh para tokoh dalam memberikan nama kepada sebuah organisasi yang menjadi cikal-bakal organisasi kemahasiswaan yang besar di Indonesia ini. Seperti apa perjalanan musyawarah yang akhirnya melahirkan “PMII” sebagai nama yang diberikan pada organisasi ini.

Pada saat itu, tanggal 14-16 April 1960 diadakan musyawarah mahasiswa NU yang bertempat di Sekolah Mu’amalat NU Wonokromo, Surabaya. Peserta musyawarah adalah perwakilan mahasiswa NU dari Jakarta, Bandung, Semarang, Surakarta, Yogyakarta, Surabaya, dan Makassar, serta perwakilan senat Perguruan Tinggi yang bernaung dibawah NU. Pada saat itu diperdebatkan nama organisasi yang akan didirikan. Dari Yogyakarta mengusulkan nama Himpunan atau Perhimpunan Mahasiswa Sunny. Dari Bandung dan Surakarta mengusulkan nama PMII. Selanjutnya nama PMII yang menjadi kesepakatan. Namun kemudian kembali dipersoalkan kepanjangan dari ‘P’ apakah perhimpunan atau persatuan. Akhirnya disepakati huruf “P” merupakan singkatan dari Pergerakan sehingga PMII menjadi “Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia”.

Musyawarah juga menghasilkan susunan Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga organisasi serta memilih dan menetapkan sahabat Mahbub Djunaedi sebagai ketua umum, M. Khalid Mawardi sebagai wakil ketua, dan M. Said Budairy sebagai sekretaris umum. Ketiga orang tersebut diberi amanat dan wewenang untuk menyusun kelengkapan kepengurusan PB PMII. Dan kemudian PMII dideklarasikan secara resmi pada tanggal 17 April 1960 Masehi atau bertepatan dengan tanggal 17 Syawwal 1379 Hijriyah. Saat itulah cikal bakal lahirnya PMII, yang sampai sekarang kita rasakan hikmatnya.

Semoga saja, Tujuan PMII sebagaimana termaktub dalam Anggaran Dasar (AD PMII) BAB IV pasal 4 "Terbentuknya pribadi muslim Indonesia yang bertaqwa kepada Allah SWT, berbudi luhur, berilmu, cakap dan bertanggung jawab dalam mengamalkan ilmunya dan komitmen memperjuangkan cita-cita kemerdekaan Indonesia" tidak hanya menjadi tujuan di atas kertas. Akan tetapi ada langkah-langkah kongkrit yang bisa dilakukan sebagai bentuk kontribusi terhadap pembangaunan nasional pada saat ini utamanya bagi generasi saat ini.

Pada perjalanannya, PMII memang sudah banyak memberikan pengawalan terhadap persoalan-persoalan bangsa. Baik, dengan cara memberikan kontribusi pemikiran dalam bentuk rekomendasi kepada pemerintah, menyalurkan aspirasi dalam bentuk audiensi, atau aksi turun jalan untuk menyuarakan aspirasi rakyat, memberikan bantuan sosial bagi masyarakat yang terkena musibah, memberikan pendampingan pada masyarakat yang tersangkut persoalan hukum dan lain sebagainya. Dalam pemerintahan orang-orang PMII juga sudah masuk dalam ruang-ruang kebijakan pemerintah untuk memberikan konstribusi terhadap percepatan pembangaunan.

Itu dalam perjalanannya. Lantas, bagaimana PMII untuk saat ini? Entahlah, sementara berdasarkan pengamatan dengan skala terbatas PMII masih adem-ayem. Dan penyebabnya juga masih berada dalam tanda tanya besar. Apakah penyebabnya karena bangsa kita sudah dianggap aman dari persoalan; atau semangat para komandan lapangan sudah terkontaminasi kepentingan; atau memang semangat untuk memperjuangkan rakyat sudah rendah; atau malah semangat kita sendiri dalam berorganisasi yang sudah mulai lemah; atau keterbatasan pemikiran untuk membangun konsep pembangunan yang lemah. Yang jelas PMII hari ini dalam keadaan lemah, karena tidak mungkin sebuah Negara bebas sama sekali dari persoalan-persoalan sosial yang harus membuatnya adem-ayem.

Akhirnya, sekali lagi saya ucapkan, "Selamat ulang tahun PMII yang ke-56, semoga benderamu masih berkibar di langit Indonesia dan semangatmu masih berkobar di bumi Indonesia,".

Pecinta PMII.

Surabaya, 17 April 2018

0 komentar:

Posting Komentar