Selasa, 20 Februari 2018

Kejadian dan Tanda-tanda dari Tuhan

Kejadian dan Tanda-tanda dari Tuhan

Di dunia ini, Tuhan tidak hentinya untuk selalu memberikan tanda-tandanya bagi umat manusia. Tanda itu diberikan untuk dijadikan bahan perenungan dan pemikiran bagi umat manusia agar senantiasa lebih dekat dengan Tuhan. Oleh sebab keingkarannya kepada Tuhan, banyak manusia semakin jauh dariNya, meski tanda-tanda dari Tuhan ada di depan mata, bahkan setiap saat.

Dalam tulisan ini, ada sebuah kutipan perbincangan antara Sumanto (sang kanibal) dengan mantan Menag yang mungkin dapat kita jadikan sebagai bahan perenungan. Saat sedang mengobrol, mantan Menag itu berceletuk menanyakan hal yang ada sangkut pautnya dengan masa lalu Sumanto.

Pak menteri tanya, "Daging yang menurut Sumanto enak itu yang bagaimana," katanya. Lantas, Sumanto pun menjawab. Menurutnya, daging mayat orang yang banyak dosa terasa pahit dan tidak enak. Sedangkan daging yang enak menurut Sumanto adalah daging orang yang selama hidupnya baik dan beramal saleh.

Secara lahiriyah, daging manusia itu berasal dari makanan yang dimakan setiap hari. Secara lahiriyah pula, makanan yang dimakan, baik berasal dari kebun sendiri atau kebun orang lain, hasil membeli atau hasil mencuri efek yang ditimbulkan pada tubuh itu sama. Lantas, kenapa ada daging yang pahit dan daging mayat yang nikmat? Lalu, kenapa tiba-tiba ada testimoni daging mayat manusia? Oh, Tuhan, Engkau yang Maha Memberi Petunjuk!

Tentu, hidup itu adalah lahir dan batin. Kalau secara lahir daging manusia itu sama, tetapi secara batin tidak sama. Daging manusia secara batin bergantung nilai makanan yang dimakan oleh manusia itu. Jangan salah, bukan harga, tapi nilai. Nilai yang baik dan buruknya disandarkan kepada ketentuan Tuhan. Kalaupun kandungan makanannya serba protein, nutrisi, vitamin a-z, bila yang digunakan hasil korupsi atau sejenisnya, maka dapat dipastikan dagingnya pasti pahit.

Nah, kelak daging yang pahit inilah yang barangkali diminati oleh jilatan api neraka. Kalau jilatan api neraka itu untuk menghilangkan rasa pahit pada daging manusia pendosa, berarti tubuh manusia tidak bersisa daging sama sekali. Ya, Allah! Menulis saja berasa panas. Kalau setiap jilatan api neraka daging yang terkelupas kembali lagi, dan pada saat yang bersamaan jilatan api juga kembali lagi, butuh berapa lama dan jumlah jilatan agar daging kita menjadi nikmat; senikmat daging orang shaleh. Semakin pahit, semakin lama membersihkannya.

Bagaimana pula kisah seorang ulama nusantara, Syaikh Nawawi Al-Bantani. Setelah kuburnya genap berusia satu tahun, petugas dari pemerintah Arab Saudi menggali kuburnya. Tetapi yang terjadi adalah hal yang tak lazim. Para petugas kuburan itu tak menemukan tulang belulang seperti biasanya. Yang mereka temukan adalah satu jasad yang masih utuh. Tidak kurang satu apapun, tidak lecet atau tanda-tanda pembusukan seperti lazimnya jenazah yang telah lama dikubur; bahkan kain putih kafan penutup jasad beliau tidak sobek dan tidak lapuk sedikit pun. Tidak cukupkah ini sebagai tanda? Ah, terlalu!

Itulah tanda-tanda dari Tuhan bagi orang yang mau berpikir. Di dunia ini, Tuhan berinteraksi dengan umat manusia melalui kejadian yang bisa dijadikan sebagai perenungan. Tidak ada yang kebetulan, semuanya by design yang diproyeksikan sebagai pelajaran bagi umat manusia.

Wallahu a'lam!

Sampang, 17 Pebruari 2018

0 komentar:

Posting Komentar