Selasa, 13 Februari 2018

Pendidikan Kita dan Tragedi Kemanusiaan

Pendidikan Kita dan Tragedi Kemanusiaan

Pertama, saya ucapkan bela sungkawa atas meninggalnya seorang guru di SMA Torjun Sampang, yang meninggal akibat berkelahi dengan siswanya sendiri. Ini adalah musibah bagi Pendidikan kita. Kenapa sebab? Iya, sebab beliau mati di tangan siswanya sendiri. Apakah pendidikan kita tercoreng? Tentu, pasti tercoreng sekali. Yang semula pendidikan diharapkan mampu merubah sikap seseorang menjadi lebih baik, malah sebaliknya.

Dunia pendidikan saat ini sedang panas akibat kejadian itu. Dan panasnya mengkontaminasi otak banyak orang. Sehingga hujat dan caci maki berseleweran di beranda facebook. Apakah dengan hujat dan caci maki persoalan yang terjadi pada dunia pendidikan akan selesai? Jawabannya adalah "tidak", malah ini akan memperparah situasi sosial; aksi kutuk akan semakin marak.

Bukan hanya pelaku pendidikan yang geram dengan kejadian itu, pun orang yang pernah mengenyam dunia pendidikan. Untungnya pendidikan bukan dunia politik yang sengaja didesain selalu panas. Di dalam dunia pendidikan dipenuhi dengan orang terdidik yang paham dengan hakikat pendidikan. Dunia pendidikan adalah dunia perbaikan. Kalau tidak mampu memperbaiki, lantas siapa yang salah.

Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan; proses, cara, perbuatan mendidik. Dalam proses belajar mengajar di dalamnya ada dua unsur penting yaitu pendidik dan terdidik. Guru adalah subjek untuk mendidik, dan siswa adalah objek yang harus dididik. Siswa sebagai objek pendidikan tidak langsung menjadi terdidik, memerlukan didikan dari pendidik agar menjadi terdidik.

Bagaimana pun dengan banyaknya aksi hujat, ini akan memengaruhi terhadap kebijakan pelaku pendidikan, terutama terhadap masa depan siswa yang bermasalah itu. Semisal ada kebijakan untuk tidak menerima siswa bermasalah itu untuk melanjutkan jenjang pendidikannya. Jika hal itu terjadi, ini justru melahirkan masalah baru bagi pendidikan. Kalau pendidikan saja tidak mampu merubah sikap seseorang menjadi lebih baik, bagaimana kemudian jika yang bersangkutan dibiarkan berkeliaran.

Pendidikan itu memang didesain untuk mengubah perilaku seseorang menjadi lebih baik. Saatnya pelaku pendidikan membuktikan bahwa pendidikan merupakan satu-satunya bengkel mampu menciptakan manusia menjadi lebih baik, baik secara intelektual, emosional, dan spiritual. Pendidikan tidak harus bersandar pada baiknya siswa yang dibawa dari rumah masing-masing. Tenaga pendidik juga harus siap berhadapan dengan siswa yang memungkinkan membawa sifat tidak baik dari rumahnya. Dengan tugasnya, rubahlah menjadi lebih baik.

Kasus yang terjadi di Sampang, merupakan kegagalan pendidikan kita. Gagal mendidik siswa. Kita terlena dengan siswa yang baik dengan karakter yang dibawa dari rumahnya, sampai lupa dengan siswa yang dititipkan ke sekolah untuk diperbaiki. Harusnya kita berpikir semua siswa itu disekolahkan untuk diperbaiki, persoalan ada siswa yang baik dari rumah, itu bonus buat kita.

Mari, para pendidik jangan berhenti belajar cara mendidik. Kata Mbah Yai Maimun Zubair, tugas kita hanya mengajari, kalau tidak kunjung mengerti itu urusan Tuhan. Doakan selalu siswa kita. Selamatkan dunia pendidikan kita.

Wallahu a'lam!

Pamekasan, 02 Pebruari 2018

0 komentar:

Posting Komentar