Minggu, 25 Februari 2018

Narkoba sebagai Strategi Perang Modern

Narkoba sebagai Strategi Perang Modern

Hanya berselang tiga hari penggagalan upaya penyelundupan sabu seberat 1,6 ton. Kini, 3 ton sabu kembali digagalkan di Selat Philips, sekitar Pulau Nipah, Jumat (23/2/2018) siang. Jumlah total dalam waktu yang sangat dekat sekali sabu yang hampir terselundupkan ke Indonesia mencapai 4,6 ton (4.600 kg).

Hanya berandai-andai saja. Seandainya, sabu seberat 4,6 ton itu berhasil diselundupkan ke Indonesia, kira-kira berapa banyak generasi bangsa Indonesia ini yang akan teler. Sementara, data Badan Narkotika Nasional (BNN) terkait pengguna narkotika dan obat-obatan terlarang (narkoba) di 2014 menyebutkan, 22 persen pengguna narkoba di Indonesia merupakan pelajar dan mahasiswa.

Pada tahun 2016, penelitian Puslitkes Universitas Indonesia (UI) dan Badan Narkotika Nasional (BNN) menunjukkan (Hasil penelitian menyebutkan) pengguna narkoba pelajar dan mahasiswa mencapai 27,32 persen. Artinya dalam kurun waktu dua tahun ada peningkatan pengguna di tataran pelajar dan mahasiswa sebesar 5 persen. Dengan persentase ini, jika tidak segera diatasi persoalan narkoba ini, bisa kita bayangkan generasi bangsa masa depan seperti apa.

Apakah masyarakat kita tidak tahu dengan jenis dan bahaya narkoba? Tidak. Karena menurut, Deputi Bidang Pencegahan Badan Narkotika Nasional (BNN) Ali Djohardi menyebut 80 persen masyarakat Indonesia mengetahui jenis dan bahaya narkoba. Bisa dibayangkan, di antara pengetahuan masyarakat yang besar tentang narkoba, narkoba di Indonesia kian marak, bagaimana kalau seandainya masyarakat tidak tahu.

Nah, yang paling naif sekali adalah, Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Budi Waseso mengatakan sebesar 50 persen dari seluruh praktik peredaran narkoba yang ada di Indonesia dikendalikan dari dalam lembaga pemasyarakatan. Kalau sebuah lembaga yang dipercaya sebagai alat negara untuk memperbaiki karakter manusia (menjadi lebih baik) saja justeru manjadi pusat pengendali pengedaran narkoba. Lalu, siapa yang yang akan menjawab kebingungan ini, kasih?

Deskripsi di atas menunjukkan keberhasilan yang dilakukan oleh BNN kita. Namun, melihat maraknya pemberitaan peredaran narkoba media kita, sangat mungkin bahwa ada banyak juga narkoba yang berhasil mampu diselundupkan di Indonesia. Tugas kita sebagai warga negara belum sepenuhnya selesai, antisipasi kemungkinan narkoba yang sudah di dalam Indonesia ini perlu dilakukan. Entah, bagaimana caranya, lakukan yang mampu kita bisa.

Lantas, kenapa juga menjadi bagian tugas kita? Iya, karena kita tidak hidup sendiri. Ada saudara kita, dan bahkan ada anak dan cucu kita. Jika hari ini kita kalah melawan narkoba, korbannya adalah orang-orang yang hidup setelah kita, dan; jika kita menang melawan narkoba, maka kemenangan itu adalah milik kita dan anak cucu kita. Jangan lupa, bahwa setiap negara adalah saingan bagi negara lainnya, termasuk Indonesia.

Hari ini strategi perang modern telah dilancarkan. Waspadalah, waspadalah!

Wallahu a'lam!

Pamekasan, 24 Pebruari 2018

0 komentar:

Posting Komentar