Jumat, 16 Februari 2018

Perbuatan Baik Menjelang Pilkada

Perbuatan Baik Menjelang Pilkada

Alih-alih menghindari riya, seorang pemuda membungkus uangnya dengan amplop yang hendak dimasukkan ke kotak Masjid--pada saat shalat Jum'at. Terang saja, ketika kotak amal dibuka, sumbangan pemuda itu berbeda sama sekali dengan sumbangan orang kebanyakan. Sebab, sumbangan orang kebanyakan tidak menyisakan perbedaan sama sekali antara yang satu dengan lainnya. Sama-sama tanpa amplop. Tentu akhirnya, pemilik amplop pun mudah ditebak karena satu-satunya.

Di tempat yang berbeda. Ada seorang dai dengan intonasi yang rendah, dan berkesan santun dengan ekspresi wajah yang memuncak bersumpah. Dia menyampaikan tidak terima apabila seorang ulama dilecehkan, meski ulama yang dilecehkan sudah memaafkan karena tingkat kesabarannya yang luar biasa. Sebenarnya saya juga sama, tapi beda ekspresi saja barangkali. Alih-alih menunjukkan perhatiannya kepada ulama, tapi ia telah mengajak orang dan memicu kebencian bagi sebagian orang. Memantik dan membakar dengan cara yang samar. Ini sesungguhnya yang paling membahayakan. Peduli yang berkepentingan.

Beberapa orang selalu suka dengan perbuatan dhahiriah yang tampak baik, meski seperti kehilangan nilai. Mengabaikan nilai substansial ketuhanan dan mengedepankan penilaian manusia. Sepertinya memang kurang afdhal manakala setiap perbuatan yang dilakukan hanya diketahui oleh Tuhan tanpa melibatkan pengetahuan manusia. Benar sekali, di dunia ini kalau tidak mendapat pengakuan baik dari manusia tidak akan mendapat tempat. Belum lagi momen pemilihan-pemilihan seperti saat ini. Tiba-tiba menjelma sosok yang baik kepada semua orang.

Hati-hati, jika kita bertemu dengan orang baik tahunan yang setiap kegiatannya diekspos besar-besar. Orang semacam ini pasti ada maunya. Mau dipilih saat mencalonkan diri. Orang baik itu, ya baik. Tidak menunggu keinginan untuk mencalonkan diri. Apalagi akhirnya berkampanye juga. Nah, kan. Tinggalkan saja, seperti kalau sudah terpilih meninggalkan kita. Bertahun-tahun berinteraksi tahunan orang macam ini harusnya jadi pelajaran. Pelajaran yang mengantarkan pada sebuah pengetahuan bahwa ketika selesai pemilihan pasti ditinggalkan. Tinggalkan duluan saja, agar bila kelak ditinggalkan pun tidak sakit hati. Ingat, jangan mudah percaya, karena mudah percaya itu adalah kelemahan.

Apalagi sampai menjadi pendukung, relawan, atau apapun namanya dengan sikap berlebihan. Seperti salah satu pendukung yang bawa-bawa nama tentara saking emosinya. Padahal tidak perlu seemosi itu. Bawa santai saja. Akhirnya, jadi tahu kekuatan tentara kita yang membanggakan. Banyak tentara kita yang menunjukkan kehebatannya kebal belati. Pokoknya, tentara kita top deh. Dan siapa pun kamu dan dukungannya, jangan sampai nantangin tentara, biar tidak kena tendang sepatu rekab.

Kembali ke topik di atas. Bila ada orang berbuat baik diekspos besar-besar, pasti ada maunya. Jangan tertipu. Bila yang mengekspos itu adalah orang yang sedang menjabat, taruhlah Kepala Daerah misalkan. Kita tinggal lihat seperti apa kinerjanya selama memimpin, kalau tidak becus abaikan saja. Penilaian kepada orang yang pernah menjabat itu relatif lebih mudah, tinggal melihat ke belakang. Apabila kinerjanya memuaskan bisa dilanjutkan, kalau sudah tidak bisa melanjutkan dan dilanjutkan oleh orang dekatnya, pilih saja. Namun bila kinerjanya tidak baik selama memimpin, dilanjutkan oleh siapapun yang masih punya ikatan darah dengannya, tidak usah dipilih karena pasti tidak jauh beda cara memimpinnya.

Jangan ditukar, dengan apa pun harga diri ini (sebuah lagu).

Wallahu a'lam!

Sampang, 17 Pebruari 2017

0 komentar:

Posting Komentar