Selasa, 27 Maret 2018

Usia dan Produktivitas yang Rendah

Usia dan Produktivitas yang Rendah

Dulu, ke utara rumah saya ada pohon mangga besar. Saya melihat betapa ia sangat lelah menjalani hari-harinya sejak dulu. Pohon yang dulu gagah dengan buah yang banyak, daun yang rindang, kini sudah mulai tidak produktif (baca: tidak berbuah) dan bahkan dikerumuni semut di sepanjang batang, dahan dan rantingnya. Kalau pun berbuah, ada beberapa saja itupun belah dan busuk di atas, orang Madura menyebutnya "asah".

Jalan satu-satunya agar lebih bermanfaat adalah ditebang dan dijadikan bahan bakar. Mau apa lagi? Dijadikan tempat berteduh tidak bisa, diharapkan buahnya tidak memungkinkan, yang ada hanya membahayakan karena dahannya sudah lapuk, belum lagi semut yang setiap saat mengintai untuk menggigit. Yang paling menakutkan kalau ada angin besar.

Memang iya, yang paling bagus untuk kelas pohon besar berbuah itu, yang sedang-sedang saja. Umurnya tidak terlalu tua dan juga tidak terlalu muda, kira-kira sama dengan perasaan itulah: tidak terlalu cinta dan tidak terlalu benci. Dalam kondisi itu buahnya bagus dan pohonnya masih gagah. Karena yang serba terlalu itu memang tidak baik.

Masih ingat dengan istilah "reboisasi" pelajaran waktu Sekolah Dasar? Kenapa harus ada reboisasi? Intinya, reboisasi itu adalah penanaman kembali pohon yang sudah ditebang (karena tua) dengan maksud adanya proses regenerasi. Dalam rangka penyelamatan dan maksimalitas fungsi sumber daya alam (SDA). Mari, galakkan reboisasi untuk mengganti pohon yang sudah ditebang!

Dalam kehidupan manusia pun harusnya juga begitu. Suatu malam yang dingin, pernah berpapasan dengan seorang bapak yang sudah sepuh sekali mengayuh becak. Dalam pikiran bertanya, "Kemana anak bapak tua ini? Apakah bapak tua ini punya anak? Kenapa sesepuh dia masih bekerja?" Untuk saat ini, harusnya bapak ini sudah pensiun dan urusan makan sudah ada anaknya yang manggung yang masih punya tenaga kuat. Jadi, tidak harus memaksakan diri untuk bekerja.

Lain pohon, lain manusia; lain juga kapal dan pesawat. Beberapa hari yang lalu, ada kapal milik TNI yang tenggelam. Dimungkinkan penyebabnya usia kapal yang sudah terlalu tua. Kapal yang seharusnya dikandaskan masih dioperasikan. Tenggelam deh. Belum jumlah pesawat yang jatuh yang ditengarai karena usianya yang sudah tua, seharusnya dimuseumkan masih dipakai. Tapi itulah Indonesia. Beberapa orang kadang masih suka dengan yang gitu-gitu.

Akhirnya, saya teringat, Cak Imin dengan Jaman Nownya; teringat pula Arofik dan Bang Rhoma dengan celana komprangnya. Membayangkan dua situasi itu rasanya lucu, seandainya untuk saat ini masih ada orang yang mau pakai komprang ala Arofik dengan kerah seperti orang yang hendak terbang. Memang setiap sesuatu ada jamannya, dan setiap jaman ada sesuatunya. Jadi, jangan pakai sesuatu yang bukan jamannya, biar sesuai dengan jaman.

Wallahu a'lam!

Sampang, 23 Maret 2018

0 komentar:

Posting Komentar