Kamis, 28 September 2017

Antara Halamanku dan Halaman Mereka

Antara Halamanku dan Halaman Mereka

Tertarik saya mengeja halaman demi halaman negeri ini. Lautan yang membentang luas dengan garam dapurnya, ikan dan mutiaranya, mungkin juga pasirnya yang sering dikeruk tak habis-habis. Daratan yang menyimpan berjuta kekayaan, mulai dari tambang batu bara sampai tambang emas yang berceceran di mana-mana; hutan yang dunia menyebutnya dengan paru dunia. Ladang-ladang yang subur tak terukur dan menyajikan beraneka ragam makanan, mulai dari sayur dan buah-buahan yang tidak habis-habis.

Lantas, nikmat Tuhan yang mana lagi yang hendak kamu dustakan? Kamu hidup di negeri yang aman dan damai meski kaya dengan perbedaan. Perbedaan suku, ras, etnis, agama, golongan, kelompok, warna kulit, warna gigi, dan warna celana dalam, serta warna darah (darah biru dan darah merah). Dan untuk perbedaan yang lain bisa anda tambah sendiri, karena rasanya tidak mungkin saya sebut satu persatu, atas dasar itu mohon maaf tanpa mengurangi rasa hormat bagi yang tidak bisa disebutkan.

Menurut saya, anda sudah cukup beruntung hidup di negeri ini. Negeri yang diungkapkan dengan “gemah ripah loh jinawi toto tentrem kerto raharjo“ suatu kalimat yang menggambarkan keadaan bumi pertiwi  indonesia. Gemah ripah loh jinawi berarti (kekayaan alam yang berlimpah) sedangkan  toto tentrem karto raharjo (keadaan yang tenteram). Iya, tenteram dan damai negeri ini, tidak ada perang saudara dan tidak perlu gencatan senjata. Tidur nyenyak mulai lepas Isyak sampai menjelang subuh, dan bahkan bisa nambah. "Nambah nasi, Bu!"

Anda bisa lihat di belahan bumi yang lain. Seperti di negara-negara bagian timur tengah, yang hampir setiap saat tidak berhenti bergejolak selalu saja ada keributan, dan bahkan ada yang sampai tidak kunjung selesai. Bahkan menurut Global Peace Index, Timur Tengah harus bertanggung jawab atas berbagai konflik dan memburuknya situasi umum perdamaian dunia.

Lebih dari 100.000 orang terbunuh dalam berbagai konflik selama 2014. Hampir 67.000 diantaranya berasal dari Suriah. PBB mengklaim jumlah pengungsi tahun ini akan "jauh melebihi" rekor sebesar 60 juta orang yang tercatat selama tahun lalu. Menurut indeks tersebut, serangan teror paling banyak terjadi di lima negara, Suriah, Irak, NIgeria, Afghanistan dan Pakistan. Memang sebagian gejolak yang terjadi di beberapa negara diakibatkan oleh invasi Amerika Serikat, seperti yang terjadi pada Irak dan Afganistan, dengan dalih senjata pembunuh massal dan terorisme. Kemudian konflik yang sepertinya sulit diatasi adalah konflik antara Iran dengan Arab Saudi dan Israel dengan Palestina.

Kita tinggalkan dulu negara Timur Tengah. Toh, memang kita ada di Indonesia, kok. Kembali lagi ke Indonesia yang makmur. Akhir-akhir ini, sepertinya ada sebagian warga negara Indonesia yang sudah sangat terkontaminasi pemikirannya oleh pemikiran transnasional (Timur Tengah) dalam hal bernegara. Ada sebagian yang menginginkan Indonesia menggunakan pemikiran-pemikiran yang diproduksi di Timur Tengah, kalau melihat trennya sepertinya pemikiran jihad dan berperang melawan saudara sebangsa dan setanah air.

Memang bisanya di sana. Tidak ada yang mau berperang dengan orang luar negeri misalnya dalam bidang teknologi. Mencoba mengganti smartphone merk samsung dengan produk Indonesia; termasuk aplikasinya, tidak usah pakai facebook, WA dan sejenisnya. Nah, itu baru keren. Atau kalau tidak bisa, nikmati saja produk kafir itu tanpa rasa gaduh. Gaduh tidak menyelesaikan persoalan bangsa, karena bangsa ini hanya bisa diselesaikan dengan kerja, kerja, dan kerja.

Sudah Indonesia sesak dengan PKI masih ditambah dengan gaduh. Tambah ribet jadinya. Coba damaikan Indonesia dengan hoax, atau bantuan terhadap Rohingya, pasti Indonesia lebih hidup. Makmurkan juga dengan 5000 (lima ribu) senjata ilegal. Tulang itu putih Jenderal dan kedamaian itu indah.

Pamekasan, 29 September 2017

0 komentar:

Posting Komentar