Rabu, 27 September 2017

Teguh Pendirian Anakku Abdillah (Goan)

Teguh Pendirian Anakku Abdillah (Goan)
Go-One dengan filosofi menuju satu, bertauhid kepada Tuhan yang Maha Esa

Sembilan bulan sembilan hari, kamu di perut ibumu, sebelum akhirnya hadir untuk menatap warna dunia. Tepatnya, lepas adzan dzuhur, Rabu/12.00 WIB. (12 Juli 2017 M/17 Syawal 1438 H) kamu terlahir ke dunia. Saya tidak tahu makna dari deretan angka-angka itu. Jika itu semacam teka-teki, jangan berhenti belajar untuk memecahkannya suatu hari nanti.

Baiklah, sebelum yang lain-lain. Saya sebagai orang tuamu, akan mengucapkan, "Selamat datang 'Teguh Pendirian Anakku Abdillah' di muka bumi (Allah) yang keras ini." Melalui dunia ini, Tuhan hendak menyampaikan bahwa hidup di dunia ini tidak sepenuhnya gratis. Di sini, di negeri ini sudah tidak ada tanah perdikan, kalaupun masih ada kamu masih harus membajaknya. Itu artinya, tidak ada yang betul-betul gratis.

Dengan kehadiranmu, ini semacam cara Tuhan untuk menambah kebahagiaan dan kegairahan dalam mahligai rumah tangga orang tuamu. Semoga kehadiranmu, menjadi bagian dari penerang jagad raya ini. "Jadilah anak shaleh, Nak! Yang kelak akan melanjutkan orang tuamu dalam mengabdi". Mulai saat ini, kamu menjadi tumpuan harapan kami, melanjutkan masa depan bangsa dan negara.

Keras suara tangismu tidak sekeras persaingan ketat dalam kehidupan ini. Saling sikat dan sikut sudah bukan barang tabu. Maling berteriak maling, sudah lazim terjadi. Tapi kamu tidak usah takut, karena kelak ada banyak pamanmu yang akan mengajari bagaimana kamu bisa menghadapi dunia ini.

Anakku, bila kelak kamu berpikir akan membangkang pada ibumu, saya punya cerita untukmu. Bagaimana malam-malam ibumu tidak lelap tidur saat mengandungmu, karena sering sakit punggung dan perut yang kamu tendang setiap malam sejak kamu bisa menendang. Bayangkan saja, anak manusia ada di dalam perut manusia.

Suatu ketika, ibumu juga pernah panik karena dua hari kamu tidak bergerak dalam perutnya. Ia bersegera konsultasi ke bidan setempat. Konsultasi ini kemudian mengeluarkan prediksi bidan bahwa tanggal 03 Juli kamu akan lahir. Tapi pada tanggal yang ditentukan kamu tidak kunjung lahir. Oleh sebab itu, saya dengan ibumu menindaklanjuti kepada bidan, dan bidan memberikan prediksi tambahan satu minggu. Berdasarkan prediksi tambahan itu kamu diprediksi akan lahir tanggal 10 Juli.
Tanggal sepuluh pun tiba. Kamu tidak jua lahir. Untuk kesekiankalinya saya dan ibumu harus pergi ke bidan lagi untuk menyampaikan bahwa prediksinya meleset. Oleh sebab itu, akhirnya Ibu bidan menyarankan untuk di USG, agar ada kejelasan tentang dirimu di dalam perut ibumu. Pada hari yang sama, pagi itu saya dan ibumu ke dokter untuk memastikan keberadaan kamu.

Nomor antrian pun tiba di nomor urut 32. Saya dan ibumu menghadap ke dokter, dan dokter pun memeriksa kandungan ibumu dengan alat yang tembus kulit dengan media sinar laser  (kurang lebih seperti itulah). Dengan keputusan yang mengagetkan, ibu dokter menyampaikan, "Bayi dalam kandungannya letaknya sungsang, ini lihat! Ini harus dioperasi, nanti sampaikan pada bidan, Erna. Untuk jenis kelaminnya, ini laki-laki berdasarkan suaranya, karena ketutupan air ketuban. Air ketubannya masih bagus." Mendengar kata dokter, rasanya seperti disambar petir.

Pada siang harinya, kami masih belum putus asa bagaimana kamu bisa lahir normal. Informasi ditampung sebanyak-banyaknya dari teman-teman dan saudara dengan variasi saran antara lain: ada yang menyuruh sujud agak lama, ngepel jongkok, makan kakap merah, berhubungan dengan gaya (tertentu), dipijat pada dukun, dan lain-lain.

Kami tidak menyerah, sebagai langkah awal ibumu mulai mengepel, kemudian shalat dengan sujud yang agak lama, dan melakukan posisi sujud tanpa shalat, termasuk memijit kandungannya ke dukun, dengan harapan posisimu bisa berubah. Ada angin segar dari dukun, waktu itu, bahwa posisi kepalamu sebenarnya ada di bawah, tetapi tidak masuk poros karena air ketuban ibumu berlimpah. Seperti angin segar buat saya dan ibumu.

Berdasarkan surat rekomendasi yang diharapkan oleh bidan dari dokter, sore harinya saya mengantarkan ke rumahnya, dengan keinginan juga mau cek posisimu berdasarkan hasil pengamatan dukun anak. Ternyata bidannya tidak ada, yang ada hanya asistennya yang menyampaikan bahwa ibu bidannya pergi ke undangan. Pada saat yang bersamaan, ketika kami masih di rumah bidan, ternyata ketubannya pecah. Ketika menyampaikan kepada bidan pembantu praktik di tempat itu kami disuruh pulang dulu, ketemu besok pagi jam 6 katanya.

Kami pun pulang. Sesampai di rumah, ketuban ibumu pecah lagi dan semakin deras. Kebingungan pun melanda kami. Dengan perasaan was-was bercampur panik, kami kembali lagi dengan harapan bertemu bidan, yang ternyata belum juga datang. Waktu itu sudah jam 9 lebih, pintu sudah tertutup dan saya terpaksa pencet tombol bel. Bidan pembantu pun keluar, dia menyampaikan kalau ibu bidan belum datang, kemudian dia menyodorkan secarik kertas berisi nomor handphone untuk saya hubungi.

Saya bergegas pulang. Sesampainya di rumah saya langsung menghubungi ibu bidan, setelah 5 kali panggilan tidak diangkat saya SMS beliau, dan panggilan berikutnya diangkat. Berdasarkan panjang lebar perbincangan kami, intinya ibu bidan tetap bersandar pada rekomendasi dokter, dan ibumu harus dioperasi. Hihihi

Saya pergi ke seksi desa untuk mendapatkan bantuan tenaga dan pikiran, setelah mendapatkan solusi saya menghubungi pamanmu, Kanda Lukman Hakim untuk mengantarkan ibumu ke rumah sakit (larasati). Jam 24.00 kami tiba, dan langsung di UGD. Baru setelah dari UGD dibawa ke ruang rawat inap. Sebelum dibawa ke meja operasi pada jam 11 siang, semalam penuh saya dan ibumu tidak tidur, karena saya harus menjaga ibumu yang merasakan sakit yang luar biasa.

Detik-detik paling menegangkan tiba, ketika ibumu dibawa ke ruang operasi. Sebab, ketika ibumu masuk ruang operasi, setelah ibumu ada orang yang juga masuk ke ruang yang sama dengan kasus juga ingin melahirkan, yang ternyata selesai lebih dulu. Pikiran berkecamuk, ada apa gerangan. Saya tambah panik luar biasa.

Hingga saat yang ditunggu tiba. Suara tangismu memecah keadaan, kemudian kamu diadzani dan ditimang oleh tante Uswatun Hasanah Zubair. Dan kamu disambut oleh paman dan tante-tantemu: Paman Minhaji Ahmad, Ahmad Wiyono, Arief Hernandez, Muhammad Ali Wahdi, Hadiri Dearly, Rozi Baswedan, Jamaluddin, Sang Penyair, Fawaid Hasan, Aminullah; tante Ningsih Binti Had Al-mangkoni dan Om Sholehoddin, Lihen Aleh, Ujang Saja, tante Masrurotul Khofiyah, dan tante Khotieq Karou, Om Muksin Punya juga.

Pamekasan, 14 Juli 2017

0 komentar:

Posting Komentar